Senin, 04 Mei 2009

Pendakian 53 Jam Menggapai 4 Puncak: Welirang, Kembar 1, Kembar 2 dan Arjuna

Aku dan sebagian kawan-kawan begitu mendewakan puncak tertinggi. Kami begitu mudah dan cepat terbakar emosi ketika cerita perjalanan menuju puncak tertinggi diceritakan. Itulah kenapa kali ini kami mendaki setelah Hendy dan kawan-kawan bersepuluh gagal ke Arjuna karena terkendala cuaca. Bagi kami hanya puncak tertinggi yang sanggup me-restore produktivitas dan membebaskan belenggu kejumudan yang melanda setiap jiwa. Hanya dengan berada di puncak tertinggi kami dapat melihat titik-titik terhebat masa lalu, sekarang, dan masa yang akan datang. Dan berada di puncak tertinggilah yang sanggup menunjukkan posisi pencapaian diri-dimana dan siapa sesungguhnya kami.

Jumat 24 April 2009 pukul 20.30 WIB kami berempat:
1. Saiful Amin "Pendaki Rewel" melaunching model rambut baru
2. Dwi Asepta Hariyadi "H-yi"
3. Santo Andrian "Pendaki Sunyi"
4. Andi Wahono "Pendaki Manja"
meninggalkan Pos Perijinan Pendakian Tretes
untuk mengawali perjalanan kaki ini.

Rute yang kami lalui diawali jalan beraspal kemudian jalan bersemen hingga pintu gerbang terakhir tepat di atas Pet Bocor. Selanjutnya jalan yang kami lalui berupa tanjakan berbatu yang membosankan hingga kami memutuskan untuk mendirikan tenda di Kop-kopan untuk bermalam pada pukul 23.30 WIB.

Pukul 05.00 WIB Santo membangunkan kami. Pagi yang cerah ini kami isi dengan kegiatan memasak, sarapan, mengambil gambar, dan mandi. Tepat pukul 06.30 WIB kami memulai perjalanan
menuju Pondokan Penambang Belerang.

Masih sama dengan rute sebelumnya, jalan yang kami lalui berupa tanjakan berbatu yang membosankan. Setelah melalui beberapa kelokan menanjak kami mendapati pipa saluran air yang dibuatkan lubang di bagian atasnya sehingga memudahkan untuk mengisi air dan beberapa kelokan selanjutnya ada gubuk penambang belerang yang bisa menjadi alternatif bermalam. Jalan berbatu nan membosankan berakhir di Pos Penimbangan Belerang yang sekarang menjadi Pos Terakhir kendaraan pengangkut belerang. Setengah jam kemudian sampailah kita di Pos Pondokan
Penambang Belerang. Di tempat ini kami mengisi air sejumlah 11 Liter untuk berempat dengan estimasi kebutuhan 1,5 hari karena target kami mendaki Puncak Welirang, Kembar 1, Kembar 2 dan Arjuna tidak lebih dari 1,5 hari dari Pondokan ini.

Pukul 10.00 WIB kami memulai perjalanan dari Pondokan. Awal-awal rute sangat menyenangkan karena bebas dari jalan
an berbatu. Namun akhirnya jalan terjal berbatu kembali menyambut kami. Pukul 12.00 WIB kami diserang kantuk hebat. Kami memutuskan istirahat siang sambil memasakan mie instan dan energen. Sesaat kami merasakan nikmatnya tidur siang dan kemudian telah terengah-engah lagi dalam derap langkah menuju Puncak Gunung Welirang.

Puncak Welirang
Pukul 14.30 WIB kami sampai di lembah pertemuan jalur Welirang dan Kembar 1
. Lembah ini kami sebut Lembah Kematian. Kami ambil jalur ke kanan melewati tebing dengan sajian eksotika Pohon Cantigi Purba yang sangat menakjubkan. Rasa penasaran terhadap aktivitas para penambang belerang mengantarkan kami terlebih dahulu menuju dapur belerang dan menghabiskan waktu yang cukup lama untuk mengambil gambar, menghirup aroma belerang dan menikmati indahnya kepulan asap belerang. Sejam kemudian kami telah berada di Puncak Welirang dan melakukan sujud syukur dengan ransel di punggung karena kebahagiaan tiada tara yang kami rasakan. Berdasarkan hasil GPS terukur ketinggian Puncak Welirang adalah 3.214 m dpl.

Pukul 17.00 WIB kami tidak mampu lagi bertahan di Puncak Welirang. Kabut, angin, dan dingin membuat kami bergegas turun meninggalkan Puncak Welirang dan setengah jam kemudian telah sampai di
Lembah Kematian. Di tempat ini kami bermusyawarah mengenai target pendakian yang kemungkinan besar tidak akan mampu kami capai mengingat Senin, 27 April ketiga kawan yang lain sudah masuk kerja.

Kami mempertimbangkan dua opsi, yaitu mendaki Arjuna atau mendaki Kembar 1 dan Kembar 2 karena dalam perhitungan kami
mencapai salah satu opsi saja sudah menghabiskan waktu sehari. Diluar dugaan ternyata kawan-kawan semua menginginkan Arjuna. Namun persoalan yang muncul adalah jarak Welirang ke Arjuna sangat jauh. Kondisi fisik juga yang tidak memungkinkan untuk melakukan perjalanan lagi dan sandikala juga sudah bersiap menyambut gelap. Akhirnya kami memutuskan untuk mendaki yang lebih dekat, yaitu Gunung Kembar 1 dan malam ini kami menghabiskan waktu di Lembah Kematian.

Semalaman kami kedinginan. Keliatannya Andi terlalu banyak menghirup debu sehingga berkali-kali bersin di sepanjang malam. Atau
mungkin juga masuk angin karena tidak ada matras dan sleeping bag tidak bisa dipakai karena basah kena air dari jirigen yang bocor. Nasib yang sama juga dialami H-yi dan Santo. Bahkan Santo berkali-kali seperti Handphone yang ditelpon tapi tidak pernah diangkat (bergetar terus e e e). Hanya aku yang beruntung bisa tidur dalam sleeping bag tanpa alas matras.

Lagi-lagi Santo yang memegang kendali waktu membangunkan kami pukul 05.00 WIB. Selain sarapan, pagi yang cerah ini kami habiskan dengan mengeksplor sunrise. Mengabadikan momen terindah sebagai kenangan pribadi dan oleh-oleh buat kawan-kawan
di Surabaya. Pukul 06.30 WIB kami mulai mendaki Gunung Kembar 1.

Gunung Kembar 1
Seluruh anggota tim belum pernah ada yang mendaki ke Gunung Kembar 1. Namun dari keterangan seorang Penambang Belerang yang meminta obat sakit perut maka yakinlah kami untuk membuat sendiri rute pendakian. Kami tidak mengalami kesulitan membuat jalur ke Gunung Kembar 1 karena
saat berada di Puncak Welirang kami telah melihat Puncak Gunung Kembar 1.

Benar saja, sejam kemudian kami telah berdiri di Puncak Gunung Kembar 1. Puncak Gunung Kembar 1 juga memiliki semburan gas yang menyebar hampir di semua titik puncak dan terbesar tepat di puncaknya. Sempat ngeri juga ketika mengambil gambar diri di puncak sedangkan kondisi puncak rawan longsor yang terlihat dari menurunnya lipatan batu dari semburan gas.

Puncak Gunung Kembar 1 memberikan ruang pandang yang jelas untuk mencapai Puncak Gunung Kembar 2. Hal ini meningkatkan kepercayaan diri kami. Bahkan kami mulai optimis akan mendapatkan Puncak Gunung Arjuna.

Gunung Kembar 2
Kami melakukan potong kompas untuk sampai di kaki Gunung Kembar 2. Dan benar saja, sesampai di
Lembah Pelana Kuda kami menemukan jalur menuju Puncak Gunung Kembar 2. Setelah terengah-engah di sepanjang jalur menanjak akhirnya kami sampai di puncak pukul 09.00 WIB.

Area Puncak Gunung Kembar 2 lebih tinggi dibandingkan Puncak Kembar 1. Berdasarkan alat pengukur ketinggian yang dibawa H-yi (GPS MAP) tinggi Gunung Kembar 1 hanya 2.980 m dpl sedangkan tinggi Gunung Kembar 2 mencapai 3.180 m dpl.

Puncak Arjuna dari Puncak Gunung Kembar 2 terlihat sangat jelas.
Mulai dari Lembah Kidang, Alas Lali Jiwo, Lembah Babi dan Lembah Pramuka, Dieng, sampai Puncak Ogal-agil. Menggapai Puncak Kembar 2 memberi kami keyakinan untuk mampu sampai ke Puncak Arjuna lebih cepat dengan melakukan potong kompas untuk sampai di jalur resmi menuju Puncak Arjuna. Sebagai patokan adalah turun menuju lembah kecil, yakni Lembah Pramuka.

Jalur potong kompas ini memiliki kemiringan lebih dari 70 derajat. Kami mensiasati dengan membuat rute zig-zag namun tetap saja beberapa bagian harus kami lalui dengan jatuh bebas. Berguling-guling. Tapi kami melaluinya dengan perasaan gembira dan tertawa-tawa ketika terjatuh maupun terperosok. Andi sempat
kepergok ular namun tidak sampai digigit. Sesampai di Lembah Pramuka kami beristirahat dan sesekali geleng-geleng kepala melihat betapa curamnya jalur yang kami lalui. Kami sempatkan berdoa di sebuah penanda yang menunjukkan adanya kuburan sebelum melanjutkan perjalanan ke Puncak Arjuna.

Gunung Arjuna
Pukul 10.30 WIB kami melanjutkan perjalanan menuju Puncak Arjuna dengan menggunakan jalur yang telah ada. Pukul 12.25 WIB kami bertemu dengan 3 anak Unair dari Jurusan Psikologi yang memperkenalkan kelompoknya dengan sebutan 'Abimapala' kependekan dari Arek Biasa Macak Pecinta Alam. Sebenarnya di Pondokan Belerang kami sudah bertemu mereka namun mereka mendaki ke puncak dengan sistem estafet agar bisa menghemat tenaga. Separuh mendaki, separuh jaga base camp. Ternyata kawan dari Unair ini melihat kami
berjumpalitan menuruni Gunung Kembar 2 ketika mereka menapaki jalur menuju puncak Arjuna.

Sisa-sisa tenaga yang kami miliki ternyata masih mampu mencapai Puncak Arjuna 3.3
39 m dpl tepat pukul 13.30 WIB. Kami memfokuskan diri di area Singgasana Arjuna. Sebuah batu yang menyerupai tempat duduk. H-yi menceritakan bahwa Prabu Airlangga mendaki ke Puncak Arjuna untuk menentukan letak Ibu Kota Kahuripan yang sekarang tempat semburan lumpur panas, Porong.

Kulihat wajah-wajah gosong namun berbinar-binar menyiratkan kebahagiaan tiada tara dari kawan-kawan. Kawan-kawan memiliki ekspresi yang cukup unik. Santo berkali-kali berteriak. Andi bersujud syukur. H-yi
tidak kuat menahan sakit perut akhirnya boker di area puncak. Dan aku hanya menjadi saksi ekspresi kawan-kawan karena aku hampir tidak percaya bisa menjadi team leader yang berhasil mencapai 4 puncak. Hal ini dikarenakan profil anggota tim ini tidak begitu menyakinkan untuk bisa mencapai 4 Puncak. Andi baru pertama kali mendaki maka kami membuatkan seremonial kecil namun mistis dan hikmat sebagai tanda bahwa Andi telah menjadi pendaki seperti kami dan nilai diklatnya adalah cum laude!

Tidak lupa kami kabarkan keadaan kami dan sukses kami mencapai 4 puncak pada kawan-kawan yang telah mendoakan misi ini. Andi juga menelpon beberapa kawan. Ternyata sinyal Indosat lebih kuat dibandingkan sinyal Telkomsel. Jam 14.20 WIB perjalanan turun dimulai.

Perjalanan Turun
Fisik rentan cidera ketika melakukan perjalanan turun gunung. Dan kini cidera mulai terasa sampai di Pos Air Lembah Kidang kami benar-benar butuh recovery. Namun karena waktu yang mepet karena target malam ini harus sampai di Pos Perijinan maka kami hanya berhenti sejam untuk masak, makan dan istirahat. Fiuh,
ini benar-benar disebut petualangan: limit waktu, limit tenaga dan limit-limit yang lain namun target harus dapat.

Kami melakukan perjalanan gelap sejak Pos Air Lembah Kidang. Dan ketika sampai di jalur berbatu kejenuhan kembali muncul. Menjelang sampai di Kop-kopan pisau belati Santo diketahui jatuh. Aku dan Santo kembali naik ke atas untuk mencari pisau itu. Syukur
lah pisau itu bisa diketemukan. Sesampai di Kop-kopan kami langsung di sambut anak Unair yang menanyakan ransum. Kami langsung geleng kepala karena seumur-umur belum pernah daki gunung bawa ransum. Setelah mendengar penjelasan anak Unair itu ternyata mereka dalam kesulitan. Dua dari 4 yang ada di Kop-kopan sakit dan salah satunya tergolong parah. Cewek itu kena komplikasi (kram perut, hipertmia, kolaps, muntah-muntah, kondisi sedang datang bulan). Apalagi emosi mereka lagi di ubun-ubun. Ternyata mereka ditinggal oleh 3 kawan yang lain dan semua makanan ikut terbawa turun.

Kami dengan sigap merebus air untuk buat energen dan mie agar mereka ada tenaga untuk melalui malam ini. Memberikan obat dan konterpin untuk mengurangi kram dan sakit perut. Dua jam kemudian keadaan mulai terkendali dan kami tinggalkan blue gas, mie instan dan roti agar mereka esok hari ada tenaga untuk turun.

Karena kaki kami semua sudah tidak karuan rasanya maka perjalanan dari Kop-kopan
yang dimulai dari jam 23.30 WIB sampai di Perijinan jam 01.30 WIB. Jadi agak lama. Total waktu yang dibutuhkan misi ini mulai perjalanan dan sampai lagi ke Pos Perijinan Tretes adalah 53 jam. Namun kami bersyukur karena akhirnya kami bisa sampai Surabaya pukul 04.30 WIB dan aku sendiri sampai di kosan jam 05.00 WIB. Sementara H-yi masuk dinas sebagai PNS di Jombang, Santo dan Andi bertugas untuk menjaga Ujian, aku dengan nyaman terlelap seharian di kamar kosan. Inilah masa ternikmat memiliki kebebasan waktu.

Terima kasih Tuhan atas karuniamu ini!

NB: Terima kasih khusus kusampaikan kepada kawan
yang sudah seperti saudara: H-yi, Santo dan Andi. Mendaki bersama kalian membuatku semakin percaya diri bahwa aku mampu melihat kemampuan rekan seperjalanan dan mensinergikan itu semua untuk melahirkan sebuah tim yang tangguh.