Jumat, 19 Desember 2014

Penikmat Gunung dan Belantara


Persepsiku

#1 Adalah fitrah ketika hati tertarik pada manifestasi Tuhan karena hati juga bagian dan/atau salah satu dariNYA.

#2 Aku menyendiri dalam kesunyian (khalwat) untuk mengkaji manifestasi Tuhan dan menemukan terfavorit tanpa terjerumus untuk menjelekkan manifestasi Tuhan yang lain.

#3 Dalam pengkajianku, manifestasi Tuhan tidak terhitung jumlahnya, meski begitu kusederhanakan menjadi tiga hal yakni apa yang menapak di matra darat, sesuatu yang bersemayam di matra laut, dan segala yang beterbangan di matra udara (angkasa).

#4 Jumlah tidak berhingga manifestasi Tuhan menyebabkan sulit untuk dilakukan komparasi (baca: memilih yang terbaik). Setiap satuan bersifat unik dan memiliki fungsi masing-masing yang saling menginduksi keseimbangan semesta raya. Meski begitu fungsi manifestasi Tuhan bagi manusia adalah untuk menemukan jati diri (fitrah) sehingga tidak ada tuntutan untuk bisa menjangkau seluruhnya cukup sebagian (representative). Dan dari sekian jumlah tidak berhingga itu aku memilih gunung dan belantara untuk menemukan jati diri.

Aku mencari jati diri dari jalan merambah belantara dan mendaki gunung. Merambah seperti orang pedalaman dan mendaki seperti warga puncak ketinggian”.

#5 Petualang adalah seseorang yang berada dan bersemangat di dimensi ruang dan waktu ketidaktahuan dan ketidakpastian. Ketidaktahuan karena minim informasi dan ketidakpastian karena beragam variasi kejadian yang dihadapi.

#6 Kedua kondisi tersebut memunculkan tantangan dan tantangan pasti dijawab oleh mereka yang disebut petualang, pejuang, penakluk, pencari, dan nama-nama lain yang merujuk pada manusia pilihan. Gen terbaik. Ya, hanya manusia terpilih yang terpanggil untuk menjawab tantangan. Menyibak rerimbunan mistik. Membuka tabir. Menjelaskan misteri. Dan menaklukan puncak-puncak kesombongan diri.

#7 Serta bagiku adalah menemukan makna tersirat dan hal tersurat dari fakta dan realitas. Memahami Sunatullah yang dihamparkan oleh Tuhanku untuk terus dicari, ditemukan, dikaji, dan disimpulkan (nisbi).

#8 Pemikiran-pemikiran di atas memunculkan keinginan untuk menuliskan ide, informasi, kisah perjalanan dan lainnya yang berkaitan dengan merambah belantara dan mendaki gunung. Mencoba untuk membuat tulisan. Mungkin sebagian terlihat ilmiah dan sebagian lain terkesan seperti fiksi. Tetapi perlu diingat bahwa sejatinya petualang adalah manusia yang mampu membuat kombinasi apik dari otak kiri dan otak kanan. Seseorang yang mampu menselaraskan hawa nafsu dan sanubari berlandaskan aspek kemanusiaan dan kealaman.

#9 Hasrat ini sangat berkeinginan untuk disebut Pecinta Alam, namun karena kesadaran betapa beratnya nama itu maka aku menyimpulkan bahwa aku adalah Penikmat Gunung dan Belantara-dalam merasa-selalu dalam masa jahiliyah dengan nama Lapendos karena dalam perjalananku tentunya tidak dapat dipungkiri bahwa aku turut andil dalam kerusakan alam baik karena kesombonganku (kesengajaan) atau pun karena kebodohanku (ketidaksengajaan).

Akhir kata inilah lafadh pendakianku

Demi udara yang terus ku hirup

Demi risalah hati yang terus ku cari

Aku yakin bahwa hanya pada gunung dan belantara udara paling murni bersemayan dan segala definisi hidup terurai

Mengajak Bayi Mendaki Gunung dan Merambah Belantara


Penuh kekhawatiran. Wajar. Tetapi kenapa tidak dilakukan?

 

Sering kita dengar pertanyaan dari khalayak umum dan juga dari yang notabene adalah pendaki, apakah tidak berbahaya membawa bayi ke alam bebas seperti gunung dan belantara? Orang dewasa saja banyak yang celaka ketika berkegiatan di gunung dan belantara, apalagi ini bayi? Jawabannya ada dua, yaitu iya dan tidak (berbahaya). Dua-duanya benar. Tergantung dari manajemen perjalanan yang diterapkan. Logika dan fakta sederhananya adalah banyak bayi yang berada di dalam hutan atau di ketinggian pegunungan yang tumbuh dan berkembang seperti bayi-bayi suku Tengger di Pengunungan Tengger, bayi-bayi orang Tugutil di dalam belantara Taman Nasional Aketajawe-Lolobata, bayi-bayi orang Kubu di Taman Nasional Bukit Duabelas, bayi-bayi suku Saluan di pedalaman Sulawesi Tengah dan bayi-bayi lain di tempat serupa. Penanya tidak puas dan akan mengejar dengan kalimat tetapi mereka (bayi-bayi) itu memang dilahirkan disana, sementara anakmu dilahirkan di kota, pastinya tingkat ketahanannya berbeda? Betul, bayi di kota dan di alam bebas memiliki tingkat ketahanan yang berbeda namun bisa dikatakan tidak signifikan karena sama-sama bayi dimanapun pasti kondisinya rentan terhadap bahaya lingkungan dan cuaca. Kuncinya ada dalam manajemen perjalanan dan pengetahuan dimana orang tua sangat tahu terhadap kondisi si bayi sehingga membantu menyiapkan apa saja kebutuhan logistik yang diperlukan terutama bagi si bayi.

 

Pandangan sinis juga muncul dengan mengatakan orang tua yang mengajak bayi berkegiatan di gunung dan belantara adalah orang tua yang egois? Jawabannya pun benar di iya dan di tidak. Cobalah berkontemplasi sebentar, bahwa orang tua yang meninggalkan bayi dan istrinya di rumah untuk mendaki gunung dan belantara juga bisa dikatakan egois bila mementingkan ego berpetualangnya dengan mengabaikan fakta bahwa kehadirannya di rumah sangat dibutuhkan istri dan bayinya. Sebagaimana orang tua yang memaksa mengajak istri dan bayinya ke gunung dan belantara karena mengejar anggapan/predikat sebagai pendaki nomor wahid atau sebagai keluarga petualang tanpa memperhatikan dan mencegah aspek bahaya yang akan dihadapi istri dan bayi. Artinya tidak ada perbedaan dalam treatment pendakian ketika mendaki dengan sesama orang dewasa dan ketika mendaki dengan membawa istri dan bayi.

 

Lalu apa manfaatnya mengajak bayi mendaki gunung dan belantara dan bagaimana pula manajemen pendakian yang aman untuk di bayi?

 

Program ke gunung dan belantara bersama bayi lebih bersasaran pada aktifitas sampingan dari perjalanan. Sasaran trecking bukan sasaran jarak atau tempat, tetapi kegiatan apa yang bisa dilakukan sepanjang jalan. Bird watching, mengenalkan daun dan ranting, belajar mengenal bentuk alam (puncak, lembah, sungai, hutan), memperdengarkan suara-suara serangga, monyet dan satwa lainnya atau main dengan menggunakan apa adanya di hutan dan belantara.

 

Alam terbuka yang bernama gunung dan belantara dengan segala kejujurannya akan mengajari si bayi, seperti mengajari kita. Mengenalkan segarnya oksigen murni yang terhirup dan memenuhi rongga paru. Menajamkan sentuhan panca indera si bayi terhadap dimensi ruang dan waktu. Ketinggian dan gravitasi gunung akan memperkokoh jantung di bayi. Kita yang mencintai suara-suara burung dan serangga pohon, pun demikian si bayi juga menyukai telinganya terngiangi suara-suara alam. Kulit kita yang manja ketika dihembus lembut angin lembah, pun demikian untuk kulit si bayi. Mata kita yang semula minus di depan layar computer bisa kembali normal saat menikmati mentari pagi keemasan dan hijaunya hutan, pun demikian mata bayi juga butuh pemandangan indah ciptaanNYA. Dan untuk melatih kepekaan indera keenam juga tidak hanya dibutuhkan orang dewasa, bayi pun perlu. Dan terpenting, melatih dan memiliki mental baja adalah proses yang dimulai dari sejak bayi/dilahirkan. Mental tangguh kita tidak ujug-ujug muncul di usia 17-an atau malah baru tampil di usia 30-an.

 

Tidak ada hal yang prinsip antara pendakian yang seluruhnya orang dewasa dan pendakian yang ada bayi di antara pendaki. Perbedaannya hanya pada perubahan persiapan dan orientasi kita dalam berkegiatan ketika membawa bayi. Juga dalam mempersiapkan peralatan, perbekalan dan rencana kegiatan. Semua harus disesuaikan dengan keberadaan si anak. Meminjam salah satu prinsip caving, yakni anggota terlemah adalah patokan standar penelusuran. Maka dengan membawa bayi, kita bukanlah menjadi petualang yang bertanding terhadap rintangan gunung dan belantara.

 

Sekarang kita menjadi pemandu dengan segala tanggung jawabnya. Pemandu dengan irama jalan mengikuti yang terlemah. Dalam membawa bayi ke gunung dan belantara, bayi secara fisik yang terlemah. Perhatian mereka pun cepat berubah. Mereka yang akan mendikte irama jalan kita. Kapan berhenti, kapan nangis, kapan kencing, kapan minum ASI.


Jangan harap bisa duduk tenang menikmati indahnya alam, begitu tiba di perkemahan. Semua cape, tetapi tetap harus ada untuk mengantar anak memegang bunga dan daun yang dilihatnya, buat makan, nyeduh susu, dan seribu macam kerjaan lainnya.


Beberapa esensial yang perlu diperhatikan dalam membawa bayi ke alam :

  1. Pakaian. Berlapis yang bisa dikenakan dan dicopot sesuai suhu.
  2. Payung.
  3. Gendongan anak yang memiliki sabuk pengaman dan kaki untuk berdiri tegak.
  4. Makanan, dan alat masak. Bawa makanan dan minuman kesukaan bayi.
  5. Popok dan pakaian ganti.
  6. Fly sheet dan tali untuk secepatnya membuat shelter.
  7. Perlengkapan navigasi.
  8. Obat-obatan.

Selamat ber-trails bersama si bayi imut tapi tangguh.

MENAMPAR PIPI sendiri sebagai Pendaki Gunung


Di sebuah puncak gunung tiba-tiba saya ingin berontak. Berteriak lantang dengan suara makian dan tangan menampar kedua pipi ini. Memanfaatkan diamnya angin dan dinginnya puncak gunung untuk menyiksa jasad dan jiwa ini. Menampar sampai merah, lebam dan bengkak. Berkali-kali. Tak terhitung. Inilah TAMPARAN saya pada PIPI ini.

1.       KAMU hanya gagah dan sesumbar di belantara dan ketinggian tapi melempem di perkotaan (dataran rendah).

2.       Visi dan misi KAMU hanya jelas untuk mencapai puncak tetapi kabur dalam menggapai masa depan.

3.       Sok mengkritik kebijakan pemerintah terkait konservasi alam, tapi dari cara membuang sampah di sepanjang pendakian saja sudah jelas KAMU adalah PENYAMPAH!

4.       Bangga bisa memiliki dan menggunakan outdoor gear canggih tapi gaptek menggunakan computer/laptop/alat kerja buat menopang pekerjaan KAMU.

5.       Jago berkomunikasi dengan alam-membaca arah mata angin, memprediksi datangnya badai, dan jago mencari jejak-TETAPI GAGAP ketika harus menyakinkan atasan di tempat kerja.

6.       Malas basa-basi dengan orang yang tidak dikenal ketika di kota dan hanya bersemangat menyapa ketika di gunung? Ingat banyak orang angkuh yang mati kelaparan, terluka karena kecelakaan dan kejahatan di kota karena PASTINYA orang kota malas menolong ORANG ANGKUH.

7.       Jadi pendaki senior, jangan bangga bisa memBULLY pendaki junior karena 10 tahun lagi kamu bakalan minta dituntun atau dibawakan sebagian logistikmu ketika mendaki karena lututmu sudah mendendangkan suara “uklik-uklik!”

8.       Tidak usahlah sok hebat menyuruh Menteri Kehutanan berani sama cukong-cukong perusak hutan kalau kamu ketemu dan diskusi sama anak-anak Cukong itu di Kampus tempatmu menimba ilmu saja sudah tergagap-gagap.

9.       Prajurit kita tidak takut dengan Amerika kalau KAMU bisa melampaui pendaki-pendaki dunia dalam misi pencapaian atap-atap dunia.

10.   Tidak perlu beretorika menentang korupsi kalau kamu masih titip absen sama temen saat mendaki gunung.

11.   Pejabat kadang meluncurkan program tanpa didasari studi yang serius dan komprehensif sehingga hasilnya kacau balau. Sama kayak KAMU yang mendaki tanpa mempelajari medan-hanya berbekal info dari mbah google sehingga SALBUTlah pendakianmu.

12.   Ngomongnya seribu gunung tetapi semua di kakinya. Cobalah mulai menceritakan sebuah puncak gunung pencapaianmu!

13.   Sebentar-sebentar bilang tiada manusia yang kuat kecuali Tuhan. Tiada manusia yang pintar karena Tuhan Maha Mengetahui. Kapan kamu akan mengucapkan “Segala daya upaya adalah dariNYA” ketika kamu berada di puncak impianmu dan “Dialah segala sumber pengetahuan dan cahaya pemahaman” ketika kamu telah menggenggam ijasah sarjanamu atau memenangkan medali Olimpiade?

14.   Kamu begitu galak pada sesama pendaki. Melihat mereka mengambil bunga eidelweis, kamu rendam mereka di Ranukumbolo hingga menggigil. Hipotermia. Kamu tertawa dan menepuk dada bangga karenanya (sebagai pejuang lingkungan). Tetapi kamu berwelas asih pada SPG DJARUM, MARLBORO, GUDANG GARAM, perusak kesehatan sahabat kamu, saudara kamu, bayi-bayi kamu dan orang-orang yang kamu cintai. Padahal eidelweis itu hanya abadi bila bunganya dipetik. Jika bunga itu dibiarkan di tangkainya maka akan layu, menghitam dan jatuh ke tanah menjadi humus kembali.

15.   ??
Kedua ‘tangan’ ini sudah tak bertenaga lagi untuk ‘menampar’ kedua pipi yang telah merah menyala, lebam membiru, dan bengkak merona. Adakah ‘tangan-tangan’ lain yang suka rela melanjutkan ‘tamparan’ ini?

Batu


Mata pada umumnya bila melihat benda yang sama berkumpul dalam jumlah banyak tentunya tidak ada ciri keistimewaannya lagi. Seperti pemandangan sebutir mutiara diantara ribuan butir mutiara yang lain akan menjadi pemandangan yang biasa. Sama seperti penglihatan ribuan pohon di hutan dan jutaan batu di gunung.

Berbeda dengan mata pendaki. Gunung sebagai tempat bertumpuknya jutaan batu ternyata tetap memiliki spot batu yang selalu dikenang pendaki. Berfoto ria bersamanya. Ada sampai diberikan nama untuk selalu mengenangnya seperti watu kotak di merbabu, batu ogal-agil di Arjuno, tusuk gigi di Raung, Kori Agung di Gunung Agung dan beberapa batu yang belum/tidak bernama. Kumpulan foto-foto berikut mengabadikan batu-batu yang selalu singgah dalam hati dan pikiran para pendaki.
Ada usulan nama yang cocok?
 
 
 
 
 
 

Bukti ketidakberdayaanku menghadapi iradahMu

Aku tersesat menyusuri jalanMu
Berikanlah yang terbaik dalam pelarianku
Menuju ridloMu

Aku kehilangan arah menuju tempatMu
Anugerahkanlah sesuatu yang indah dalam hidupku
Meraih kasihMu

Aku dan dirinya selalu dipisahkan selaput membran tipis
Kesalahpahaman-misscomunication
Ironi ini terus menggelayuti perjalanan surgaku
Bukti ketidakberdayaanku menghadapi iradahMu

Aku dan dirinya kini berada dalam dimensi yang berbeda
Namun kedua dimensi itu berada dalam sekeping mata uang
Selamanya dekat namun terpisahkan
Selamanya satu namun tiada pernah bertemu
Selamanya bersama namun tiada pernah berhadapan
Bukti ketidakberdayaanku menghadapi iradahMu

Aku dan dirinya terus bergelantung pada tali kalung leher-leher kehidupan
Dan paling tidak kami merasakan aroma yang sama
Bekas jilatan-jilatan lidah yang tidak terkendali
Merampas segala kesadaran sebagai makhluk
Namun menyempurnakan kewajiban sebagai ciptaan yang paling sempurna
Bukti ketidakberdayaanku menghadapi iradahMu

Suatu ketika, ketika tatapan kita bertemu
Dan senyummu mengembang menyiratkan kebahagiaan sejati
Namun semu karena terlontar dari bayangan cermin cembung yang membalikkan fakta realitas
Hukum fisika yang menggelikan tentang karakteristik bayangan yang muncul dari cermin cembung
Kiri jadi kanan dan kanan jadi kiri
Bukti ketidakberdayaanku menghadapi iradahMu

Suatu ketika, ketika kekalahan itu akhirnya tiba
Sepotong kebijakan menyebabkan mata uang ini tidak berlaku lagi
Sebagian besar mulai ditarik oleh bank-bank yang menyerap uang rakyat
Menyebabkan sang pemilik uang sejati, malah sejatinya yang harus mengemis
Keniscayaan dari daya tipu para mental penjajah
Yang hanya bisa menjajah bangsanya sendiri
Kenyataan yang membuatku selalu tersesat untuk bisa hidup dengan normal
Berperilaku sebagai mana community society yang baik
Bukti ketidakberdayaanku menghadapi iradahMu

Ah, ternyata kita hanya gombal yang masih bisa dipakai
Barang mewah hanya ada di tempat pelelangan saja
Atau mungkin rongsongkan yang dikumpulkan oleh para pemulung manja
Sesungguhnya aku tak inginkan dirimu
Namun dirimu selalu hadir dan merontokkan keangkuhanku sebagai lelaki
Bukti ketidakberdayaanku menghadapi iradahMu

Di pelupuk hatiku melupakanmu
Di Pusara hatiku ada kisah tersembunyi
Dan mengapa yang kuhindari malah datang di sini
Bukti ketidakberdayaanku menghadapi iradahMu


Janur Kuning

Rasa pedih menyayat hatiku ketika janur kuning itu melengkung di depan rumahmu. Hatiku hancur ketika bunga melati yang dironce-ronce itu dipasang di gelungan rambutmu. Perasaanku berkecamuk ingin memberontak takdir ini. Engkau bersanding di pelaminan bukan denganku.

Mati aku. Mati hasratku. Hancur impianku. Berantakan segala spiritualku. Terguncang seluruh tiang ketenangan hatiku. Musnahlah segala kebijaksanaanku. Hati dan nurani telah disita oleh kenyataan pahit. Janur kuning itu benar-benar melengkung di depan rumahmu. Ah, mampus aku!

Saat ini dalam hasratku hanya ingin menunggu jandamu! Meski janda beranak tiga. Meski telah renta. Meski keriput di mana-mana. Tetap, kutunggu jandamu!

Meski engkau tidak mau. Tetap, kutunggu jandamu!



Rayuan Paling Gombal Penikmat Gunung dan Belantara (PGB)

# Hai wanita, engkau adalah sendimen kasihku dalam mengarungi pendakian ini. Pengikis kulit cintaku hingga semakin licin dan terpeleset. Tatkala segala perubah, misionaris, dan mesiah bergelimang dosa.

@ Wahai pemilik hati yang paling tidak terduga! Engkau adalah pancaran dari cahaya yang tidak bersumbu. Cahaya yang tidak berminyak. Dan cahaya yang tidak berasap. Menerangi dan menemani kelam asmaraku hingga semakin terlena dan terlupa. Ketika diriku dan dirimu dipisahkan oleh miskomunikasi (takdir).

$ Hanya engkau yang bisa menghidupkan imajinasiku. Hanya dirimu yang bisa membangkitkan gairahku. Dan hanya karena iradahmu aku terbelenggu dalam ikatan maha kuat, cinta pada kesunyian!

* Samar-samar kulihat lekuk tubuhmu. Terang benderang kusaksikan tingkahmu. Fahamlah aku akan karakteristik dirimu. Jelaslah di mataku siapa dirimu sebenarnya. Selalu menciptakan mimpi dan persaingan para lelaki.

% Hidupku bergelimang dosa. Jalanku dipenuhi kekhilafan. Kehendakku dijejali alam pikiranmu. Akhirnya, lelaki ini bersembah ria di antara empat cabang tubuhmu. Melupakan kesedihan. Melupakan kehinaan. Melupakan wajah-wajah yang lain. Terlena. Terlupa.

^ Waktu terus berjalan. Wanita terus berlari dan mengitariku. Sementara takdir mengikatku pada sebuah pohon besar nan rindang. Aku takluk oleh rayuanmu. Jurus-jurus rayuan yang tercipta begitu mempesona. Menipu segala indera. Menghapus memori indah yang lain. Menindas segala perasaan masa lalu. Menjajah keinginan yang dulu terpendam seperti magma gunung. Segala membeku dan mengeras menjadi fosil-fosil yang hanya diakui karena kebodohannya.

NB: Tulisan ini kupersembahkan untuk khusus wanita di Group Penikmat Gunung dan Belantara (PGB)!


Pendakian Gunung Penanggungan – Semeru – Rinjani – Agung

Misi : Pendakian Gunung Penanggungan – Semeru – Rinjani – Agung
Waktu : 13 Agustus 2008 – Akhir Agustus 2008
Pendaki
Nama Akta Lahir : Saiful Amin
Nama hidup : Lelaki Sunyi

Lafadz pendakianku:
Demi udara yang terus ku hirup
Demi risalah hati yang terus ku cari
Kuyakinkan diri bahwa hanya pada gunung udara paling murni bersemayam dan segala definisi hidup
terurai!

Sepenggal Prolog
Assalamu’alaikum, selamat pagi Indonesia, semoga ketenangan alam lestari!

Innalhamdalillah. Sesungguhnya kesejatian sanjungan hanya milik Allah SWT. Meskipun demikian atas kemurahanNya pujian dapat disematkan bibir kepada segala manifestasi Allah SWT yang sungguh berkesan dan meninggalkan hikmah panjang, gunung!

Allahumma shalli wasallim ‘ala sayyidina Muhammad SAW. Shalawat salam atas kesempurnaan contoh Muhammad SAW kepada umatnya, tidak pernah terlupa selalu menghuni peringkat kedua setelah sanjungan kepada Allah SWT. Seorang hamba yang mengawali proses kenabiannya melalui khalwat di dalam gua dimana gua merupakan bagian dari alam yang patut dilestarikan keberadaannya. Dan nabi telah menunjukkan bukti keistimewaan berkhalwat di dalam gua!

Penulis tidak tahu pasti kapan mulai jatuh cinta pada gunung. Awal-awal perkuliahan tahun 2001 tidak banyak perubahan persepsi penulis terhadap gunung. Hanya setelah tahun-tahun berikutnya di organisasi sering kali dilakukan kegiatan lintas alam yang menyebabkan penulis merasa jenuh di akhir masa kuliah. Namun di tahun 2003, ada kawan yang sempat mengajak penulis untuk mendaki gunung Arjuna (3.339 m dpl). Jadilah itu pengalaman pertama mendaki gunung.

Seiring dengan banyaknya hobi yang pernah penulis coba dan pengalaman-pengalaman yang organisasi berikan kepada penulis sampailah penulis pada kesimpulan ketertarikan penulis pada gunung bahwa hanya pada gunung udara paling murni bersemayam dan segala definisi hidup terurai. Artinya sumber utama risalah (baca: pertanyaan hidup) hanya gununglah yang mampu menjawab kompleksitas dari segala esensi kegemaran (hobi). Ruh dan nur yang bersemayam di gunung sungguh tiada duanya. Sempurna!

Runtutan waktu sampailah penulis pada kondisi yang sungguh luar biasa. Kegilaan penulis terhadap gunung benar-benar mencapai puncaknya. Kegilaan ini tidak muncul tiba-tiba, namun dipengaruhi kondisi internal dan eksternal yang tidak semua disampaikan di catatan pendakian Agustus 2008 karena bersifat sangat pribadi.

Kondisi internal yang dialami oleh penulis adalah adanya kesadaran untuk terus meng-up grade kompetensi penulis sebagai seorang pendaki. Bagi penulis, prinsip memahami gunung adalah prinsip learning by doing. Artinya ilmu gunung tidak diperoleh dari bangku formal meskipun ada diklat pecinta alam namun pengalaman pribadi penulis menunjukkan diklat formal hanya sekedar numpang lewat saja dan hanya berfungsi menambah perbendaharaan wawasan tanpa mengintervensi proses pembentukan diri. Oleh karena itu penulis meningkatkan target gunung yang harus didaki di tahun 2008 mencapai 10 gunung dengan kuantitas dan kualitas beragam. Proses merintis memang jauh dari sempurna namun perintis selalu terabadikan oleh jaman.

Sedangkan kondisi eksternal dipengaruhi oleh berbagai peristiwa-peristiwa kecil. Seperti hilangnya beberapa sahabat karena mendapat pekerjaan di lokasi yang jauh atau akibat adanya pernikahan sehingga menyebabkan komunikasi menjadi berkurang signifikan.

Akhirnya, sampailah penulis pada misi terberat dan tersulit pada tataran persepsi kontemporer yaitu mendaki gunung Penanggungan (Jawa Timur), gunung Semeru (Jawa Timur), gunung Rinjani (pulau Lombok), dan gunung Agung (pulau Bali) di pertengahan bulan Agustus 2008. Berat dan sulit karena minim budget, minim informasi, minim waktu dan minim kompetensi sebagai seorang pendaki.

Tentunya dengan perencanaan dan hati yang pasrah mengikuti petunjuk dan iradah Allah SWT dalam menjalankan ciptaanNya, penulis pun berangkat pada tanggal 13 Agustus 2008 dari Surabaya. Misi ini pada akhirnya diselesaikan pada akhir Agustus, tepatnya 29 Agustus 2008. Maha Suci Allah SWT yang telah menjalankan ciptaanNya sehingga dengan tuntunan dan perlindunganNya penulis akhirnya pulang dengan selamat tidak kurang suatu apapun.

Meskipun Allah SWT-lah dalang utamanya, namun manifestasiNya dalam keberhasilan pendakian ini tidak bisa dikesampingkan. Oleh karenanya, penulis sangat berterimakasih kepada kawan-kawan pendaki, sobat-sobat pecinta alam dan teman yang bertemu di perjalanan yang tidak terduga sebelumnya. Sungguh kuasa Allah SWT berada di atas segalanya.

Pertama penulis sebut Om Jawul beserta keluarga (termasuk Ayub dan Heru). Semoga ketenangan hati terus lestari! Sungguh suatu kebanggaan bisa mendaki dengan Om Jawul. Saya melihat adanya ruang dan waktu yang teramat istimewa menjadi katalis proses pembentukan Om Jawul sehingga menjadi pribadi yang mengagumkan. Teramat mahir dalam melihat dan memposisikan diri pada segala situasi. Pemikiran mulia-realis penulis tangkap di sepanjang obrolan yang menghiasi derap langkah kita menuju dan pulang di pendakian Semeru. Kadangkala penulis berpikir hikmah perjalanan yang paling mudah diperoleh tanpa harus berpikir keras atau berada dalam situasi yang keras adalah mendengarkan Sang Pengalaman berbicara pada kita. Dan itu penulis temukan dalam pembicaraan Om Jawul. Tidak kalah pentingnya penulis sampaikan terima kasih atas include-nya perjalanan dan logistik sehingga penulis bisa berhemat perbekalan menuju gunung Rinjani dan gunung Agung yang memang terbatas. Semoga penulis diberi kesempatan untuk membalas kebaikan Om Jawul!

Kedua, penulis sampaikan terima kasih atas kebaikan Gemblung sekeluarga dalam perannya mengupayakan informasi, tiket dengan harga miring dan menghubungkan penulis dengan staf bus-Mas Imam dan polhut Sembalun-Mas Pri sehingga penulis bisa berangkat ke Rinjani dengan hati yang mantap. Tumpangan selama penulis menunggu keberangkatan bus tidak pernah penulis lupakan.

Mas Imam sekeluarga atas keramahan, tumpangan, dan perlindungannya meski di tengah kondisi sulit, membuat penulis mengerti dan melahirkan refresh pemahaman akan sebuah persaudaraan sesama anak bangsa Indonesia.

Dukungan moril! Doa-doa dari kawan-kawan PLN Mojosari (Mas Wadi dan Mas Ikhsan), Mas Sholeh, Mas Slamet, kawan-kawan MENWA (P. Sugiharto, P. Santo dan P. Mashudi), kawan-kawan Sidoarjo (Hendy, Indra, Doni, Taufik), kawan-kawan pendakian Semeru lainnya (Santoso, Gunawan), Nyong, Cak Hilmi, Joyo, dan kawan-kawan survei Solusi Prima/SP mengawali keberangkatan, di tengah perjalanan dan sampai penulis kembali lagi sungguh menegarkan dan menguatkan fisik dan mental penulis dikala menempuh perjalanan sendiri menuju rimba belantara dan bebatuan pegunungan.

Mas Pri beserta keluarga besar Polhut Sembalun atas informasi, kebaikan dan keramahan yang sangat menenangkan perjalanan yang sungguh melelahkan dan seringkali berlangsung dalam kondisi penat. Terima kasih tiket masuk gratisnya Mas! Itu sangat membantu budget saya yang memang sangat terbatas sekali.

Tentunya tidak sah jika saya tidak menyebut teman seperjalanan saya menuju tempat dimana Dewi Anjani menghabiskan hari-harinya, Mr Aik, wisatawan dari Negeri Singa, Singapura. Inilah pengalaman pertama saya menjadi guide bagi pendaki dari luar negeri. Berbekal bahasa Inggris yang kocar-kacir senang rasanya bisa berkomunikasi dengan Anda di sepanjang perjalanan menuju dan pulang dari puncak Rinjani. Ternyata Anda sangat kuat dalam mendaki dan kuat juga dalam makan. Terima kasih atas traktir makan malamnya di Kota Mataram. Kita ternyata sama-sama doyan makan he... he... he... Maaf saya tidak bisa menemani ke Pantai Senggigi,terbatasnya waktu membuat saya hanya bisa meluangkan waktu sebentar di tempat tersebut sehingga saya takut mengecewakan Anda.

Bapak Polisi Ida Bagus Astawa atas kemudahan perijinan mendaki Gunung Agung dan juga tumpangan menginap di kantor Polsek Pura Besakih. Saya tahu sulit mengijinkan pendaki yang mendaki untuk pertama kalinya di Gunung Agung dan mendaki sendiri setelah adanya kejadian kematian 3 pendaki bulan lalu. Terima kasih atas kepercayaannya.

Beli Putu sekeluarga. Seorang guide yang berhati mulia. Memberi tumpangan menginap dan makanan selama menunggu kendaraan menuju Terminal Klungkung. Terima kasih juga atas acara jalan-jalan ke sumber air Arca. Selama berhari-hari belum pernah penulis bertemu dengan air sebening dan sesegar itu. Kabari penulis jika jadi ke Surabaya. Penulis tidak sabar ingin membalas kebaikan Beli Putu!

Kawan sevisi, contoh kesabaran dan guru alam penulis Mas Evil Face (Harry Prans) yang tidak pernah bosan dengan kedatangan penulis yang selalu merepotkan. Sungguh tidak terduga kalau ada acara diklat. Kalau tahu begitu maka misi petualangan ini akan berakhir ketika diklat itu berakhir juga. Sayang sekali karena penulis telah berjanji untuk mendampingi petugas Bank Indonesia (BI) untuk melakukan kegiatan survey lapangan di Lamongan. Mungkin kegiatan berikutnya. Penulis harapkan undangan pembukaan jalur Raung jilid II! Sorry, kemarin di Rowo Bayu saya hanya bisa jadi penonton saja ketika 4 cewek kesurupan-penulis merasa personil yang lain sudah sangat sigap dengan situasi yang terjadi hanya saja proses selanjutnya yang terlihat adalah kepanikan yang berlebihan.

Terima kasih juga penulis haturkan bagi pihak-pihak yang tidak disebutkan dalam tulisan ini, seperti beberapa orang yang menunjukkan jalan yang benar ketika penulis tersesat di pendakian gunung Penanjakan dan gunung Agung. Semoga kebaikan itu menjadi katalis positif menuju perubahan batin dan perilaku yang mencerminkan kesempurnaan makhluk Tuhan yang paling mulia. Amien!

Tiada sesuatupun yang sempurna di dunia ini. Oleh karenanya proses belajar ini tidak akan pernah berhenti. Kritik pedas-konstruktif sangat penulis harapkan. Teguran menggugah sangat penulis nanti-nantikan. Sebagai katalis, tentunya penulis berharap menemukan dan bertemu dengan dimensi ruang dan waktu dengan manusia-manusia istimewa yang pada akhirnya merevolusi segala kejumudan diri penulis. Semoga!

Dasar keinginan
Ketidakpuasan lahir batin terhadap skenario pendakian yang selama ini telah dilakukan penulis. Bentuk ketidakpuasan tersebut adalah terlalu monoton (satu gunung terdaki lantas pulang), masih terbelenggu di wilayah Jawa Timur, menyebabkan pengalaman kurang beragam.

Faktor pendukung
Feeling yang dirasakan cukup baik dan diyakini dengan niat dan keinginan yang menggebu-gebu diharapkan seluruh kendala yang dihadapi dapat diatasi.

Target Tempat dan Waktu
Target tempat adalah:
1. Gunung Penanggungan
Lokasi: Trawas Mojokerto
2. Gunung Semeru
Lokasi: Ranupane Lumajang
3. Gunung Agung
Lokasi: Pura Besakih Bali
4. Gunung Rinjani
Lokasi: Sembalun Lawang Lombok

Target waktu yang diharapkan adalah mulai tanggal 13 Agustus 2008 sampai akhir Agustus 2008. Keyakinan penulis adalah pergerakan manusia telah ada yang menuntun, yaitu Sang Pencipta sehingga kapan mulai dan kapan selesai murni menjadi iradahNya. Penulis hanya menjalani dan berusaha
semaksimal mungkin untuk mencapai target yang telah ditetapkan.

Realitas!
13 Agustus 2008
Pagi yang cerah dengan semangat yang menggebu-gebu mengawali perjalanan misi pendakian di pertengahan Agustus 2008. Setelah 4 jam berkutat dengan transportasi dari Surabaya akhirnya sampailah pada perjalanan kaki menunju puncak gunung Penanggungan dari jalur Tamiajeng Trawas Mojokerto.

Perjalanan kali ini sungguh di luar dugaan. Hal ini terkait dengan kondisi cuaca yang sungguh bertolak belakang dengan data terakhir dimana sudah berbulan-bulan tidak turun hujan, namun hari ini hujan turun dengan deras. Kondisi ini diperparah dengan kealpaan penulis dengan jalur sehingga penulis tersesat, meskipun semuanya masih bisa dikondisikan.Ada seorang tua yang menunjukkan jalan ke jalur yang benar.

Perjalanan ke puncak yang seharusnya dapat ditempuh antara 4 jam sampai dengan 5 jam harus molor sampai 6 jam karena becek dan menunggu hujan reda.

Ke puncak penulis harus mendaki sendiri dan untuk beberapa lama sendirian bersama kesunyian di puncak, namun akhirnya tiba 4 personil dari Mojokerto tepatnya dari Desa Lebaksono Kecamatan Mojosari. “Semoga kita semua mendapatkan ketenangan hati yang lestari dan mengambil hikmah dari perjalanan di Gunung Penanggunan bukan malah sebaliknya Brow!”.

Kondisi tidak kalah hebat terjadi di puncak dimana terjadi kabut tebal dan sebagian malam diisi dengan turun hujan deras.Ini pertama kali di musim kemarau matahari tidak mampu menembus tebalnya kabut puncak Gunung Penanggungan sampai pukul 07.00 WIB.

Sebelum turun penulis harus jemur perlengkapan dulu karena kebasahan.

Menuruni Gunung Penanggungan memang harus ekstra hati-hati mengingat jalanan licin usai hujan semalam. Kemiringan dan kerikil bebatuan juga patut dicermati oleh langkah kaki.

Akhirnya sampai juga di jalan raya menuju Mojosari Mojokerto. Namun ternyata angkutan umum menjadi barang langka di jalur ini. Kami pun berjalan kaki sambil seseali dapat tumpangan dari sopir truk yang berbaik hati. Sesampai di rumah Rojek di desa Lebaksono permasalahan transportasi dapat teratasi. Rojek sendiri yang mengantarkanku ke Kantor PLN Mojosari. Janji penulis untuk bertemu dengan kawan dari Mojokerto (Om Jawul) dapat terpenuhi tepat minus 1 jam di 14 Agustus 2008. Terima kasih Rojek!

15 Agustus 2008
Sungguh perbuatan baik akan mendapat perlakuan baik di saat yang tak terduga. Benar adanya, bahwa sifat baik akan bertemu dengan sifat yang lebih baik karena itu bagian dari proses belajar di mana Sang Pencipta memberikan contoh bukan teori, lemma, atau formula. Kondisi ini kutemukan ketika berjumpa dengan Om Jawul!

Di rumah om Jawul telah berkumpul 7 orang termasuk aku. Pagi ini kita meluncur dengan menggunakan Mobil Willis Om Jawul. Menjelang sore hari kita telah sampai di Ranupane dan berjalan kaki menuju Ranukumbolo!

Setelah digabungkan dengan teman-teman yang lain yang janji ketemu di pasar Tumpang Malang maka keseluruhan skuad menjadi 14 personil. Sungguh kemeriahan yang langka terjadi. Apalagi dalam sebuah pendakian gunung tertinggi di tanah Jawadwipa. Akhirnya, menjelang malam kita sampai di Ranukumbolo dan mendirikan tenda di situ. Kita (Aku, Heru dan Santoso) ngegosip sampai dini hari!

16 Agustus 2008
Pagi hari yang cerah! Ranukumbolo menawarkan eksotika alam yang berbeda.

Agenda hari ini adalah jalan kaki menuju Arcopodo sebelum ngetrek ke Mahameru.

Perjalanan ini dipenuhi semangat dan optimisme. Di sepanjang perjalanan berkali-kali letupan Mahameru seakan berkata “Bersegeralah, tidakkah engkau mencium aroma pembakaran maha murni ini!”

Usai melewati beberapa pos pendakian di antaranya Oro-oro Ombo, Cemara Kandang, Jambangan dan Kalimati, akhirnya sampailah di Arcopodo. Sebuah tempat yang dicapai setelah melakukan perjalanan dengan trek yang spesial. Di sini kita mendirikan tenda dan santai menunggu dini hari.

17 Agustus 2008
Maha suci Allah SWT dengan segala pertandanya. Anugerah ini sungguh tiada tara. Bertepatan dengan malam 17 Agustus 2008 adalah bulan purnama dan juga malam Nisfu Sya’ban. Sungguh momen mulia yang langka. Apalagi dini hari ini kita disuguhi pemandangan dari salah satu fenomena alam yaitu gerhana bulan. Juga syukur tiada terkira karena penulis ternyata mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas pendakian yang sungguh luar biasa. Ketahanan dan kecepatan yang sangat penulis idam-idamkan tercapai di tempat ini. Awal dari suatu proses atau pencapai dari serangkaian proses tidaklah penting. Esensi telah tercapai meski bagaimanapun keadaannya. Sekarang terjadi badai di puncak Semeru, Mahameru! Penulis berhasil mencapai titik tengah puncak sendirian meski dengan berjalan mundur karena pasir bertebaran tiada henti.
Badai yang tidak pernah berhenti sehingga menghentikan segala rencana manusia yang ada di sini. Semua yang merasa sudah tidak mampu bertahan di Mahameru dipersilahkan turun!

Dalam kondisi yang sulit untuk bertahan karena badai yang menerbangkan pasir. Dingin yang membekukan jemari namun keinginan penulis untuk mengabadikan momen 17 Agustus 2008 di Mahameru tidak terhentikan!

Hikmah!
Dimana ada keinginan di situ ada jalan. Dimana ada harap tulus di situ ada pertolongan. Logika tidak akan mampu menjelaskan bagaimana Sang Pencipta menuntun ciptaanNya. Itulah yang penulis rasakan ketika menuju Rinjani dan Agung!

19 - 20 Agustus 2008
Perjalanan ini sesungguhnya yang memberatkan langkahku. Ongkos yang mahal dan harus berada dalam kondisi dan posisi yang tidak nyaman: duduk di bangku bus!
Ya, perjalanan dari Surabaya ke Mataram berlangsung lama karena terjadi gelombang besar di selat Bali sehingga harus menunggu selat Bali dibuka. Malam jam Sembilan akhirnya sampai di Terminal Mataram dan malam ini aku menginap di rumah Mas Imam, Kondektur Bus.

21 Agustus 2008
Setelah dua kali pindah angkot dari terminal Mataram akhirnya sampailah di Resort perhutani Sembalun! Ketika mempersiapkan segala yang diperlukan untuk mendaki Rinjani tiba-tiba Turis dari Singapura Mr Ong Poh Aik datang. Sesuai dengan prosedur keamanan turis maka dibutuhkan minimal seorang guide dan porter. Karena kebaikan Mas Pri (Polhut Resort Sembalun) maka Mr Aik hanya membayar seorang porter dan aku menjadi guide-nya.

Pukul 2 siang waktu setempat kita baru memulai perjalanan sehingga pukul 10 malam kita baru sampai di Pelawangan Sembalun.
Bukit penyesalan dan bukit Bak-bakan (semoga tidak salah sebut) sungguh mengesankan. Bukit dengan pepohonan yang sangat jarang sehingga ketika angin kencang bertiup sungguh sangat terasa di perjalanan malam ini.
Tapi bagi seorang pendaki bukankah suatu hal yang wajar bertemu dengan trekking, kabut tebal, angin menderu, tebing curam, hujan dan kadang-kadang gas beracun?

22 Agustus 2008
Jam 3 pagi kita meluncur menuju puncak. Sungguh diluar dugaan. Rinjani memiliki jalur yang lebih panjang bila dibandingkan Arcopodo menuju Mahameru. Dengan berbekal sepotong roti (karena kupikir tidak jauh beda dengan Semeru) aku terus berjalan mendaki. Dengan perjuangan demi mendapatkan sunrise di puncak maka perjuangan ini tidak mengenal kata menyerah. Sebelum matahari terbit sampailah aku di puncak!

Hanya rasa syukur yang memenuhi benakku. Allah SWT Maha Mengetahui segala keinginan kuat hambaNya. Pengorbanan ini terbayar sudah!

Maha Suci Allah dengan segala Maha EksotikaNya. Sungguh hanya mereka yang memiliki kesungguhan dan ketulusan dalam pendakian saja yang akan selalu diberikan anugerah menyaksikan Maha Penciptaan Maha Sempurna!

Pantang menyerah. Terjatuh namun bangkit kembali! Terus begitu sampai puncak terdaki!

Hal lain yang menarik dari Rinjani adalah mengenai sumber air yang terdapat di sepanjang jalur pendakian Rinjani. Tanpa mengabaikan ketahanan fisik para pecinta alam terhadap segala ketidaknyamanan penulis informasikan bahwa hanya di Pos III dan Pelawangan Sembalun yang terdapat air yang layak untuk dikonsumsi. Khusus sumber air di Pelawangan Sembalun memiliki kualitas yang sangat baik sampai-sampai dipercaya mampu membuat kulit menjadi lebih muda. Wallahu a’lam bisshawwab!

Perjalanan kemudian dilanjutkan menuju Danau Segara Anak. Jalur ini sungguh curam dan saat ini dipenuhi kabut tebal dengan jarak pandang 5 meter sampai dengan 10 meter. Perjalanan mencapai 2 jam lebih!

Sesampai di Danau Segara Anak tidak lama kemudian turun hujan dan kabut semakin tebal sehingga diputuskan untuk berkemah!

23 Agustus 2008
Pagi buta kita sudah dalam perjalanan dari Segara Anak menuju Pelawangan Senaru! Pukul 8 pagi kita sampai di Pelawangan Senaru!

Setelah menempuh perjalanan dengan hutan basah kita akhirnya sampai di Pos Perijinan Senaru jam 2 siang!

Alhamdullillah akhirnya sampai. Dan perjalanan dilanjutkan ke Bali ke Gunung Agung tetapi sebelumnya mampir ke rumah Mas Imam buat bermalam dan pantai Senggigi!

25 Agustus 2008
Bali adalah sebuah pulau dengan religiusitas yang sangat kental. Apalagi penulis datang bertepatan dengan Hari Raya Galungan dan Kuningan. Jadi, suasana upacara keagamaan tidak terhitung banyaknya penulis temui. Tak terkecuali di pura terbesar di Pulau Bali, Pura Besakih.Setelah menempuh perjalanan 7 jam sampailah penulis di Pura Besakih dan beruntuk polisi penjaga perijinan tidak memungut seperserpun biaya masuk mendaki Gunung Agung dan mempersilahkan untuk menginap semalam sebelum esok pagi memulai pendakian.

26 Agustus 2008
Pagi pukul 08.00 waktu setempat penulis mulai perjalanan menuju puncak Gunung Agung. Bayangan yang ada di benak penulis adalah bahwa Gunung Agung adalah gunung yang harus diwaspadai dari sisi kereligiusan masyarakat di kawasan Gunung Agung. Kereligiusan ini menurut penulis lebih terbangun karena unsur ketakutan (punishment) dari pada unsur imbalan (reward). Hal ini terkait informasi yang sampai pada penulis sebelum melakukan pendakian ini. Meski demikian penulis menguatkan dan menetapkan hati untuk terus mendaki apapun yang terjadi.

Setelah berjalan 3 jam dalam hutan basah akhirnya penulis melihat sebuah papan bertuliskan arah menuju Pura Giri Kusuma. Penulis memutuskan beristirahat dan merebus mie instan yang penulis bawa. Karena hanya memasak untuk diri sendiri selang 30 menit penulis telah dalam perjalanan kembali menuju pos berikutnya (sasaran penulis adalah mendirikan tenda di Kori Agung/Batu Besar).

Setelah menempuh perjalanan 3 jam akhirnya penulis sampai di sebuah tempat yang penulis yakini sebagai Kori Agung. Karena agak sedikit ragu dan untuk lebih meyakinkan, penulis mengirim sms kepada Yeti teman dari Universitas Panglima Sudirman Purwokerto mengenai tempat ini. Dan memang benar tempat ini yang disebut Kori Agung. Penulis lihat masih pukul 2 siang. Matahari masih panas menyengat. Suasana di sini sungguh kontras dibandingkan hutan basah yang harus penulis tembus sebelum sampai di Kori Agung. Kabut tebal dan gerimis mewarnai perjalanan menembus hutan tersebut.

Suasana sore ini begitu indah. Maha suci Allah SWT yang memberikan anugerah ini padaku. Seorang diri di suatu tempat mistik yang indah. Sungguh anugerah yang tiada terkira. Aku pun duduk sambil memandangi segala keindahan ini.

Malam pun akhirnya tiba. Kuhabiskan malam ini di dalam tenda seorang diri. Meski begitu hanya sedikit kekhawatiran melintas dalam dadaku. Aku sungguh merasa sangat tenang!

27 Agustus 2008
Pukul 4 pagi terdengar suara dari bawah naik mendekat ke arah tendaku. Dan benar saja 2 orang bule dipandu seorang guide berjalan cepat ke arah tendaku.
Setelah ku sapa ternyata Beli Putu yang menjadi guide-nya. Kami akhirnya bersama-sama menuju puncak.

Dua orang bule itu bernama Diana dan Frank. Dua-duanya berasal dari New York, Amerika Serikat. Sebelum matahari terbit aku telah sampai ke puncak III Agung (Agung memiliki 3 puncak). Alhamdulillah!

Pemandangan di puncak begitu menakjubkan. Di sisi timur tampak Gunung Rinjani. Di sisi barat tampat rangkaian pegunungan Bali dan di seberang sana tampak rangkaian gunung yang ada di Banyuwangi (Raung, Merapi, Ijen, Widodaren, dll).

Setelah satu jam di puncak kami pun memutuskan turun.

Karena aku harus melipat tenda dan membereskan perlengkapanku, dua orang bule itu turun duluan. Dalam proses merapikan bawaanku, penulis diganggu seekor Kera yang cukup agresif dan pemberani. Sudah beberapa kali penulis kejar masih juga kembali mengganggu. Penulis sangat benci dengan kondisi terintimidasi. Tapi akhirnya penulis bisa pergi dengan seluruh barang bawaan. Alhamdulillah!

28 Agustus 2008
Memang sudah dasar nasib, nasibku masih belum jauh dari nuansa hutan. Setelah seharian menempuh perjalanan dari Bali ke Banyuwangi menuju tempat tinggal Mas Evil ternyata aku harus kembali tidur di dalam tenda. Ternyata kedatanganku bertepatan dengan acara diklat yang sudah berlangsung 2 hari yang lalu dan kini waktunya Mas Evil nyusul menemui adik-adiknya. Jadilah masuk hutan lagi, tapi seneng kok suasananya lebih meriah karena banyak orang!

Perjalanan dan perjalanan adalah katalisator terbaik dalam proses transformasi diri!

NB:
- Tulisan ini sangat menjemukan
- Dokumentasi perjalanan ini dapat dilihat di album Penanggungan, Semeru 2008, Rinjani dan Agung


wanita oh wanita.... serba-serbi tulisan favorit Lapendos


wanita oh wanita.... serba-serbi tulisan favorit Lapendos

Mengapa Pria tetap ingin menjadi Matahari???

Seorang wanita bertanya pada seorang pria tentang cinta dan harapan.

Wanita berkata ingin menjadi Bunga terindah di dunia
Dan pria berkata ingin menjadi Matahari.
Wanita tidak mengerti kenapa pria ingin jadi matahari, bukan kupu kupu atau kumbang yang bisa terus menemani bunga.

Wanita berkata ingin menjadi Rembulan
Dan pria berkata ingin tetap menjadi Matahari.
Wanita semakin bingung karena matahari dan bulan tidak bisa bertemu, tetapi pria ingin tetap jadi matahari.

Wanita berkata ingin menjadi Phoenix yang bisa terbang ke langit jauh di atas matahari
Dan pria berkata ia akan selalu menjadi Matahari.

Wanita tersenyum pahit dan kecewa.
Wanita sudah berubah 3x namun pria tetap keras kepala ingin jadi matahari tanpa mau ikut berubah bersama wanita.
Maka wanita pun pergi dan tak pernah lagi kembali tanpa pernah tahu alasan kenapa pria tetap menjadi matahari.

Pria merenung sendiri dan menatap matahari.

Saat wanita jadi bunga, pria ingin menjadi matahari agar bunga dapat terus hidup.
Matahari akan memberikan semua sinarnya untuk bunga agar ia tumbuh, berkembang dan terus hidup sebagai bunga yang cantik.
Walau matahari tahu ia hanya dapat memandang dari jauh. Dan pada akhirnya kupu kupu yang akan menari bersama bunga.

Ini disebut Kasih yaitu memberi tanpa pamrih.

Saat wanita jadi bulan, pria tetap menjadi matahari agar bulan dapat terus bersinar indah dan dikagumi.
Cahaya bulan yang indah hanyalah pantulan cahaya matahari, tetapi saat semua makhluk mengagumi bulan, siapakah yang ingat kepada matahari ?.
Matahari rela memberikan cahayanya untuk bulan walaupun ia sendiri tidak bisa menikmati cahaya bulan, dilupakan jasanya dan kehilangan kemuliaannya sebagai pemberi cahaya agar bulan mendapatkan kemuliaan tersebut.

Ini disebut dengan Pengorbanan, menyakitkan namun sangat layak untuk cinta.

Saat wanita jadi Phoenix yang dapat terbang tinggi jauh ke langit bahkan di atas matahari, pria tetap selalu jadi matahari agar Phoenix bebas untuk pergi kapan pun ia mau dan matahari tidak akan mencegahnya.
Matahari rela melepaskan phoenix untuk pergi jauh, namun matahari akan selalu menyimpan cinta yang membara di dalam hatinya hanya untuk phoenix.
Matahari selalu ada untuk Phoenix kapan pun ia mau kembali walau phoenix tidak selalu ada untuk matahari.
Tidak akan ada makhluk lain selain Phoenix yang bisa masuk ke dalam matahari dan mendapatkan cintanya.

Ini disebut dengan Kesetiaan, walaupun ditinggal pergi dan dikhianati namun tetap menanti dan mau memaafkan.

Pria tidak pernah menyesal menjadi matahari bagi wanita


ANALISIS KIMIA WANITA

SIFAT BAHAN : BERBAHAYA, EXPLOSIF, DAN KOROSIF (TERUTAMA TERHADAP UANG)
NAMA UNSUR : Wanita
SIMBOL : Wa
PENEMU : Adam
MASSA ATOM : Berkisar 40 kg,biasanya bervariasi antara 40 sampe 224 kg
PEMUNCULAN : dilipatgandakan di seluruh dunia
BENTUK FISIK
1) Permukaan biasa ditutupi oleh semacam bedak (biasanya untuk mengelabui
bentuk fisik aslinya)
2) Mendidih tiba-tiba, membeku tanpa alasan
3) Meleleh apabila diperlakukan dengan benar
4) Pahit bila digunakan dengan salah
5) Ditemukan dalam bentuk bermacam macam dimulai dari yang sangat halus
sampai sangat kasar permukaannya.
6) Menimbulkan bahaya ledakan yang sangat luar biasa bila disinggung pada
bagian yang benar

BENTUK KIMIA
1) Memiliki hubungan yang sangat erat dengan emas, perak, dan batu-batu
mulia lainnya
2) Sangat korosif terhadap uang dan barang-barang mahal
3) Dapat meledak secara spontan tanpa tanda-tanda terlebih dahulu dan tanpa
alasan yang diketahui
4) Mudah terkena rangsangan oleh belaian tangan lelaki, biasanya reaksinya
akan sangat luar biasa apabila disertai dengan pujian dan rayuan.
5) Pemakan uang paling handal yang pernah dikenal manusia

KEGUNAAN
1) Mudah digunakan, khususnya jika di hadapan mobil sport dan rumah mewah
2) Dapat mengurangi stress dan menambah rasa relaks yang sangat luar biasa.

METODA ANALISIS
1) Secara konvensional dapat dianalisis secara rabaan (hanya bagi ahli
kimia dengan pengalaman lebih dari sepuluh tahun)
2) Secara instrumental dapat dianalisis dengan alat Fourier Transformed
Infra Red (FTIR) Spectrometer yang dilengkapi dengan Microscope tembus
pandang

HASIL TEST
1) Spesimen murninya berwarna pink jika pada keadaan stabil
2) Spesimen murninya berwarna hijau bila didekatkan pada spesimen lawan

SIFAT
1) Sangat berbahaya kecuali di tangan yang sudah ahli
2) Ilegal untuk memiliki lebih dari dua

FAKTA-FAKTA LAIN TENTANG UNSUR WANITA (MENURUT AHLI KIMIA PRIA):
Jika kau menciumnya, kau bukan gentleman
Jika kau tidak menciumnya, kau bukan lelaki
Jika kau memujinya, ia akan mengira kau ngegombal
Jika kau tidak memujinya, kau adalah lelaki tak berguna
Jika kau setuju semua keinginannya, dia akan ngelonjak
Jika kau tidak setuju, kau tidak pengertian
Jika kau bercinta dengannya, kau dicurigai "sudah ahli"
Jika kau tidak bercinta dengannya, kau bukan lelaki
Jika kau kunjungi dia sering-sering, dia pikir kau membosankan
Jika tidak kau kunjungi sering sering, dia menuduhmu main sama orang lain
Jika kau berpakaian rapi, dia bilang kau menarik perhatian wanita lain
Jika kau tidak berpakaian rapi, dia bilang kau berantakan
Jika kau cemburu, dia bilang kau jahat
Jika kau tidak cemburu, dia bilang kau tidak cinta padanya
Jika kau ingin bercinta, dia kata kau tidak menghormatinya
Jika kau tidak ingin bercinta, dia pikir kau tidak suka padanya
Jika kau telat satu menit, dia akan marah marah
Jika dia telat satu jam, dia bilang itu memang seharusnya seorang wanita
Jika kau mengunjungi wanita lain, dia akan menuduh kau punya wanita lain
Jika dia dikunjungi lelaki lain, "Oh! Sudah biasa, kami wanita!"
Jika kau menciumnya sebentar, dia tuduh kau orangnya dingin
Jika kau menciumnya lama, dia teriak bahwa kau kurang ajar
Jika kau gagal membantu dia menyeberang jalan, kau kurang etika
Jika kau berhasil membantunya menyeberang jalan, dia anggap itu taktik lelaki
Jika kau menatap wanita lain, dia tuduh kau buaya
Jika dia ditatap lelaki lain, dia berkata bahwa mereka mengaguminya
Jika kau membiayai hidupnya, dia pikir kau meremehkannya
Jika kau tidak membiayai hidupnya, dia pikir kau pelit
Jika kau bercinta dengan wanita lain, dia minta putus
Jika dia bercinta dengan lelaki lain, "Bukan salah aku ! Dia yang memaksa"
Jika kau berhasrat bercinta dengannya, dia anggap hanya itu yang kau inginkan
Jika kau tidak berhasrat bercinta dengannya, dia anggap kau jual mahal
Jika kau bicara, dia ingin kau sendiri mendengar yang kau bicarakan
Jika kau mendengar, dia ingin kau yang bicara
Jika saat bercinta dia diam saja,dia minta dicumbu
Jika saat bercinta kau diam saja, dia juga diam saja
Jika dia menangis, kau salah telah membuatnya menangis
Jika kau menangis, dia pergi darimu karena kau bukan lelaki sejati
Oh Tuhan!
Kau menciptakan UNSUR bernama "WANITA"
Sangat simple, tapi sangat kompleks
Sangat lemah, tapi sangat kuat pengaruhnya
Sangat membingungkan, tapi sangat indah dipandang
Bagaimana dgn pendapat anda ?



Mengapa waNiTa meNangiS??
Seorang anak lelaki kecil bertanya kepada ibunya. ”Mengapa Bunda menangis? ”. ” Karena Bunda butuh menangis, ” jawab sang ibu.
” Aku tak mengerti, ” ujar si kecil. Sang ibu memeluk si kecil dan berkata, ” Kau tidak akan pernah mengerti. ”
Berlarilah si ujang kepada ayahnya. ” Ayah mengapa Bunda menangis tanpa alasan yang jelas dan bisa kumengerti ? ”. ” Semua perempuan seperti itu, menangis tanpa alasan, ”jawab sang ayah tanpa peduli.
Pergilah si ujang kecil mencari guru mengajinya, masih dalam kebingungan mengapa Bunda menangis tanpa alasan yang jelas. ” Wahai Ustadzah, mengapa ibundaku dan kaumnya begitu mudah menangis ?”.
Menjawablah sang ustadzah :
” Ketika Allah menciptakan wanita, maka Dia menciptakan makhluk yang sangat spesial. ”
” Allah ciptakan makhluk ini lengkap dengan dua bahu yang sangat kuat memikul semua beban dunia, namun dengan lengan yang lembut untuk memeluk anak-anaknya. ”
” Allah karuniai makhluk ini kekuatan batiniah yang luar biasa demi menanggungkan pedihnya melahirkan anak yang kemudian akan meninggalkan dan mengabaikannya.
” Allah hiasi makhluk ini dengan kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam semua keadaan, bahkan saat si anak menyakiti hatinya. ”
” Allah lengkapi makhluk perempuan ini kekuatan untuk menerima suaminya dengan segala kekurangan dan kelemahannya. ”
” Allah ciptakan makhluk ini dari tulang rusuk laki-laki demi melindungi hati si laki-laki. ”
” Allah karuniai dia kebijaksanaan sehingga mengetahui bahwa seorang suami yang baik tidak pernah menyakiti istrinya, tetapi sering menguji kekuatan dan keteguhan hati si istri dalam mendampingi. ”
” Akhirnya, Allah karuniai wanita dengan air mata untuk dipakainya setiap saat dia membutuhkan. Dia tidak memerlukan alasan, penjelasan untuk menggunakannya karena air mata itu adalahnya miliknya. ”
” Anakku, kecantikan seorang wanita tidak terlihat pada pakaian yang dikenakannya, tidak pada wajahnya atau sisiran rambutnya. Kecantikan seorang perempuan ada pada matanya, karena itulah pintu gerbang menuju hatinya – tempat cinta bersemayam. ”
Si ujang kecil berlalu dengan membawa jawaban yang disimpannya di dalam hatinya dan tidak pernah lagi bertanya kepada ibunya : Mengapa Bunda menangis

Kisah Selingkuh Pendaki Gunung


(Ini kisah nyata tetapi nama dan tempat disamarkan alias tidak disebutkan dan jika ternyata terjadi kepersisan maka pikiran pembaca harus disamarkan, wkwkwkwkwkkwkk)

Awal kisah di sebuah kos-kosan terjadilah perbincangan 2 orang penghuninya (sama-sama pendaki) di sebuah malam yang sunyi (karena penghuni kos yang lain pada pulang kampung).

Teman Pendaki : hei bro, besok libur panjang mendaki kemana nich?

Pendaki : mmgx kenapa?

Teman Pendaki : eh ditanya belum jawab malah nanyak. Aku kan pengen ikutan mendaki bro.

Pendaki : ow, libur panjang besok aku nda’ daki.

Teman Pendaki : Lha trus kemana?

Pendaki : aku mau rafting.. ssssssssstttt… (seraya memberi isyarat yang bersuara keras) tapi jangan bilang siapa-siapa ya

Teman Pendaki : lho knp ?

Pendaki : ya malu klo sampai ketahuan temen2 pendaki lainnya

Teman Pendaki : lho mmg knp klo ktahuan ?

Pendaki : yach, dengan rafting brrti aku kan lagi selingkuh dari mendaki gunung

Teman Pendaki : walaaahhh….

Pendaki : Abis gtu trus snorkling, dan mancing.. ikutan ya?

Teman Pendaki : walaaah banyak banget selingkuhannya???
Pendaki : he5 :D