Kamis, 05 Maret 2015

Pendakian Gunung Batur: Janji Menggapai Puncak Pertama untuk Si Juna (Setahun Dua Bulan)

Kuliah istri sedang memasuki masa liburan semester ganjil. Rencanya liburan kali ini akan dihabiskan dengan pulang kampung di Banyuwangi, Jawa Timur. Namun sebelum pulang kampung, kami memutuskan untuk melipir terlebih dahulu ke Bali.

Tiba di Bali pada Jumat petang (06/02/2015) kami bertiga dijemput keluarga Bali yang berdomisili di Canggu. Jumat malam kami manfaatkan untuk persiapan pendakian besok yang rencananya akan berangkat pada pukul 5 waktu Bali.

Sabtu (07/02/2015) pukul 3 pagi waktu Bali kami telah terbangun. Setelah persiapan selesai, tepat pukul 5 kami telah berada dalam perjalanan menuju Desa Batur, Kecamatan Kintamani. Setelah 2 jam perjalanan sampailah kami di Kintamani. Dikarenakan Driver-nya belum pernah mengantar orang ke titik lokasi pendakian maka kami pun bertanya pada orang yang kami temui di Kintamani. Dengan berbekal nama Pura Djati, akhirnya kami sampai di parkiran dan sekaligus loket perijinan pendakian Gunung Batur. Setelah sarapan dan berurusan dengan MCK, pukul 8 pagi kami memulai pendakian.

Sepanjang perjalanan kami temui kebun sayur, petaninya dan para turis serta guide-nya yang dalam perjalanan turun. Memang momen yang tepat untuk pendakian Gunung Batur adalah saat dinihari tepatnuya jam 3 atau jam 4 sehingga pas di atas dapat bertemu dengan view sunrise.

Setelah perjalanan 3,5 jam sampailah kami di warung dengan bangunan yang sangat kokoh karena berdinding semen. Disini view Gunung Batur tampak sempurna pesonanya. Sisi timur menghadirkan pemandangan Danau Batur. Sisi selatan menampakkan hitamnya batuan beku dari lelehan lahar dimana di tengahnya terdapat hijaunya pepohonan yang oleh Mamanya Juna dikomentari seperti pulau terapung di tengah laut hitam.

Mamanya Juna dan sepupunya ingin pendakian Gunung Batur hanya sampai disini. Lelah dan hari yang sudah siang menjadi alasannya. Namun, mengingat janji pada Juna bahwa pendakian kali ini harus menggapai puncak maka diputuskan Juna dan Papanya yang akan melanjutkan perjalanan ke puncak. Baru beberapa langkah, Juna menangis kencang karena tidak melihat Mamanya ikut. Mendengar Juna menangis maka Mamanya terlihat keluar dari warung dan memutuskan untuk ikut mendaki ke puncak.

Perjalanan ke puncak benar-benar mendebarkan. Jalur berpasir membuat langkah kaki menjadi berat. Kehati-hatian sangat diperlukan mengingat ada bayi yang digendong. Belum lagi ada kabut tebal dan hujan mulai turun. Beruntung, dengan semua keadaan ini Juna tidak terpengaruh. Bahkan sempat tertidur, kemudian bangun dan minum ASI. Juga sempat tersenyum pada kamera yang merekam langkah kaki di puncak Gunung Batur.
Setelah sejam lebih berjalan akhirnya tempat yang dituju terpijak juga. Alhamdulillah, Juna akhirnya mendapatkan puncak pertamnya setelah sebelumnya ‘hanya’ sampai di Kawah Idjen dan Kawah Ratu Gunung Salak. Setelah mengambil beberapa gambar dan video kami bertiga memutuskan turun. Gangguan monyet dalam jumlah puluhan menjadi penyebabnya. Mereka sempat mengambil biskuit Juna. Hujan yang turun tidak kami hiraukan menjadi teman dalam perjalanan turun ini.