Kamis, 12 Oktober 2023

Tektok Gede-Pangrango-Gede via Putri Demi Mandalawangi Arasy Pangrango


Melanjutkan tradisi ritual pemberian nama anak, setelah sebelumnya dilakukan pada 2013 untuk anak pertama (Arjuna Restu Muhammad Tiwikrama) di Gunung Arjuno dan pada 2018 untuk anak kedua (Ksatria Mahameru Girijaladri) di Gunung Semeru. Hari ini, Sabtu, 9 September 2023 diri ini mendaki Gunung Gede-Pangrango via jalur Gunung Putri untuk mengesahkan nama anak ketiga, Madalawangi Arasy Pangrango yang telah lahir pada 27 Juli 2023 lalu.

Praktis terakhir mendaki gunung dengan ketinggian lebih dari 3000 mdpl adalah pada saat memberi nama anak kedua, yakni 5 tahun yang lalu (2018). Awalnya agak ragu apakah diri ini masih kuat karena usia menjelang 41 tahun dan pendakian kali ini konsepnya adalah tektok tanpa ng-camp atau bermalam. Selain itu, tantangan pendakian kali ini yang belum pernah dilakukan sebelumnya adalah menggapai 3 puncak dalam sehari karena pulang-pergi hanya dari satu jalur yakni Gunung Putri. Artinya setelah menggapai Puncak Gede dan Puncak Pangrango maka harus kembali mendaki Puncak Gede untuk turun di jalur Gunung Putri. 

Jumat, 8 September sepulang kerja dilakukan persiapan terutama packing. Gear utama yang dibawa kali ini begitu spesial. Backpack dengan Heug Bushcraft produk kebanggaan Bandung dengan desain vintage, bahan utama kanvas dan kulit sapi jadilah tas dengan gaya klasik. Backpack ini benar-benar menegaskan kegantengan dan kegagahan diri ini. Untuk baju dan celana masih terus setia dengan Eiger. Sedangkan sepatu dan trekkingpoll juga masih setia dengan Columbia. Untuk mengabadikan momen pendakian ini diri ini membawa Iphone 14 Pro Max. 

Jam 20.30 WIB perjalanan via motor Yamaha NMAX dimulai. Perjalanan panjang malam ini dikarenakan nyasar sehingga melewati jalur panjang yang sepi di tengah malam (jalur Gunung Batu) untuk sampai di Pasar Cipanas sebelum naik ke Basecamp GPO. Alhamdulillah tepat tengah malam akhirnya bisa sampai di Basecamp GPO dan bertemu dengan kawan lama Amir GPO setelah 8 tahun. 

Setelah  menyempatkan diri untuk istirahat dan persiapan pendakian, Minggu pagi, 9 September pukul 05.30 WIB dimulailah pendakian ini. Udara yang dingin menjadi teman perjalanan. Untuk menetralisir dingin diri ini mengurangi waktu dan jumlah istirahat. Bila harus istirahat tetap dalam posisi berdiri. Jalur Gunung Putri terkenal paling ramai jadi memilih mendaki lebih pagi adalah pilihan terbaik untuk menghindari macet atau antri panjang. Alhamdulillah ternyata fisik masih bagus. Jam 9 pagi sudah sampai di Surya Kencana dan jam 10 sudah sampai di Puncak Gede. Terima kasih untuk orang-orang yang baik hati bersedia motoin diri ini pas di Surya Kencana dan Puncak Gede sehingga punya dokumentasi yang memadai. 

Tidak berlama-lama di Puncak Gede, diri ini lanjut ke Pangrango. Jalur Pangrango lebih menantang karena banyak pohon tumbang dan celah-celah jalur yang sempit. Untung diri ini sudah turun BB dimana awal tahun sempat 86Kg dengan lingkar pinggang 98 cm dan dalam pendakian ini BB 78kg dengan lingkar pinggang 88 cm. Dengan langkah tertatih dan nafas terengah-engah serta menyempatkan diri untuk makan siang, pukul 14.00 WIB sampailah di Puncak Pangrango. Selanjutnya turun ke Lembang Mandalawangi dan terpenuhilah semua rukun dalam ritual pemberian nama ini. 


 

Tergapainya Puncak Pangrango dan Lembah Mandalawangi ternyata bukan menjadi puncak momen pendakian ini. Justru perjalanan turunlah yang menjadi ujian sesungguhnya seberapa kuat dan daya tahan tubuh dan jiwa ini dalam menghadapi mendan gunung dan hutan. Dengan tenaga yang tinggal separuh harus menuruni jalur terjal Pangrango dan menaiki tanjakan untuk kembali menuju Puncak Gede. Untuk menjaga semangat hidup diri ini terus berkomat-kamit membaca mantra-mantra, melantunkan doa-doa dan menggumamkan jampi-jampi sembari menikmati indahnya senja sandikala Gede-Pangrango yang tiada duanya. Pemandangan yang sempat menghipnotis diri untuk menetap disini selamanya. Untung suara tangis Mandalawangi Arasy Pangrango sampai di telinga ini, menyadarkan diri ini bahwa ini bukan tempat menetap selamanya.

Menjelang magrib sampai di Puncak Gede. Menyempatkan mengabadikan pemandangan keemasan dengan obyek Tugu Penanda Puncak Gunung Gede sebelum melanjutkan turun ke Surya Kencana. Sesuai dugaan, di puncak musim kemarau ini hawa dingin Surya Kencana begitu bengis menusuk kulit, sendi dan tulang. Diri ini tidak kuat berlama-lama istirahat di Surya Kencana. Dengan bibir bergetar, tubuh menggigil dan bayangan-banyangan masa lampau diri ini menyusuri jalur panjang ini. Kadang berjalan sempoyongan. Kadang berlari kecil. Seringnya dengan langkah tegap berharap segera sampai di Hutan Cantigi yang telah menunggu dengan udara yang lebih hangat. 

Perjalanan malam ini begitu melelahkan. Sempat pesimis bisa sampai Basecamp karena gelap dan sepinya malam membuat beberapa kali merasa salah jalur. Untuk mengatasi ini akhirnya diri ini mengeluarkan rapal mantra tertinggi para pendaki gunung dan penempuh rimba yang berbunyi, "Logika dan kekuatan adalah dasar kuberpijak dan melangkah". Serta menghadirkan separuh "Tiwikrama" agar daya jelajah tetap terjaga. Alhamdulillah pukul 23.00 WIB sampailah di Basecamp GPO.

Bravo Dunia Petualangan!!!