# Hai wanita, engkau adalah sendimen kasihku dalam mengarungi pendakian
ini. Pengikis kulit cintaku hingga semakin licin dan terpeleset. Tatkala segala
perubah, misionaris, dan mesiah bergelimang dosa.
@ Wahai pemilik hati yang paling tidak terduga! Engkau adalah pancaran dari
cahaya yang tidak bersumbu. Cahaya yang tidak berminyak. Dan cahaya yang tidak
berasap. Menerangi dan menemani kelam asmaraku hingga semakin terlena dan
terlupa. Ketika diriku dan dirimu dipisahkan oleh miskomunikasi (takdir).
$ Hanya engkau yang bisa menghidupkan imajinasiku. Hanya dirimu yang bisa
membangkitkan gairahku. Dan hanya karena iradahmu aku terbelenggu dalam ikatan
maha kuat, cinta pada kesunyian!
* Samar-samar kulihat lekuk tubuhmu. Terang benderang kusaksikan tingkahmu.
Fahamlah aku akan karakteristik dirimu. Jelaslah di mataku siapa dirimu
sebenarnya. Selalu menciptakan mimpi dan persaingan para lelaki.
% Hidupku bergelimang dosa. Jalanku dipenuhi kekhilafan. Kehendakku dijejali
alam pikiranmu. Akhirnya, lelaki ini bersembah ria di antara empat cabang
tubuhmu. Melupakan kesedihan. Melupakan kehinaan. Melupakan wajah-wajah yang
lain. Terlena. Terlupa.
^ Waktu terus berjalan. Wanita terus berlari dan mengitariku. Sementara takdir
mengikatku pada sebuah pohon besar nan rindang. Aku takluk oleh rayuanmu.
Jurus-jurus rayuan yang tercipta begitu mempesona. Menipu segala indera.
Menghapus memori indah yang lain. Menindas segala perasaan masa lalu. Menjajah
keinginan yang dulu terpendam seperti magma gunung. Segala membeku dan mengeras
menjadi fosil-fosil yang hanya diakui karena kebodohannya.
NB: Tulisan ini kupersembahkan untuk khusus wanita di Group Penikmat Gunung dan
Belantara (PGB)!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar