Minggu, 01 Februari 2015

Mendaki Gunung Ibarat Perang


Judul ini mungkin dipahami agak lebay terutama bagi pendaki yang sejak pertama mendaki telah merasakan servis dari produk ultralight gear, EO (Event Organizer) Pendakian atau jalur-jalur pendakian yang telah mapan. Tetapi sebaliknya bagi pendaki yang mendaki dengan gear yang sangat berat karena berbahan ‘non ultralight’ sebagai contoh rangka ransel yang terbuat dari alumunium bekas pengangkut barang tentara yang kasar dan berat. Tidak ada keril yang ringan seperti sekarang. Belum ada trek yang jelas bagi pendaki. Tim pendakian harus memotong semak belukar untuk membuka jalur. Alat - alat keselamatan seperti kantung tidur (sleeping bag)webbing dan pakaian berlapis polar juga belum ditemukan. Malam hari menjadi saat menyiksa terutama bila tidak api unggun.

Belum ada GPS (global positioning system) yang memandu perjalanan. Parang berat ditangan untuk menebas belukar cukup banyak berkontribusi pada pengurangan energi. Belum lagi makanan atau logistik yang monoton yang belum sevariatif saat ini dengan kandungan yang komplit. Survival Kit dan P3K Kit masih belum terlalu familiar. Paling jungle survival knife yang cukup berat yang setia menemani.
Maka mendaki gunung ibarat perang. Perhitungan cermat harus dilakukan, agar kegiatan pendakian tak menjadi ajang bunuh diri.

Tidak ada komentar: