Percobaan
Marshmallow merupakan salah satu penelitian ilmiah yang sangat terkenal tentang
psikologi dan perilaku manusia. Marshmallow adalah makanan ringan yang sangat
disukai anak-anak kecil. Teksturnya kenyal, rasanya manis asam.
Percobaan ini membuat
gempar karena mengungkap karakteristik apa yang harus dimiliki seseorang jika
ingin sukses dalam kehidupan termasuk dalam dunia pendakian dataran tinggi dan
perambahan hutan belantara. Didalam https://id.wikipedia.org/wiki/Percobaan_marshmallow_Stanford
dijelaskan dengan gamblang mengenai Eksperimen Marshmallow. Berikut ini cuplikan
narasi aslinya.
“Percobaan Marshmallow Stanford adalah sebuah
percobaan yang dilakukan oleh Walter Mischel dari Universitas Stanford untuk
mempelajari mengenai kepuasan tertunda. Percobaan
ini dilakukan Mischel pada tahun 1960an dan sejak itu percobaan ini pun sering
dilakukan ulang oleh peneliti lain. Mischel mengetes beberapa anak berumur
empat dan lima tahun di Taman Kanak-kanak Bing di dalam kampus Universitas
Stanford. Masing-masing dari anak tersebut dibawa ke dalam suatu ruangan dan
sebuah marshmallow ditaruh di meja di depan anak tersebut. Mereka
diberitahu bahwa mereka boleh memakan marshmallow tersebut sekarang,
tetapi apabila mereka menunggu 20 menit, Mishcel akan kembali dan memberikan
mereka tambahan satu marshmallow. Hasil dari percobaan tersebut adalah
sepertiga dari anak-anak tersebut memakan marshmallow dengan segera,
sepertiga lainnya menunggu hingga Mischel kembali dan mendapatkan dua marshmallow
dan sisanya berusaha menunggu tetapi akhirnya menyerah setelah waktu yang
berbeda-beda. Tujuan awal dari percobaan ini adalah untuk mengetahui proses
mental yang membuat seseorang menunda kepuasaannya saat ini untuk mendapatkan
kepuasan yang lebih pada masa mendatang.
Namun, hasil yang mengejutkan dari
percobaan ini justru didapatkan setelah anak-anak yang ikut dalam percobaan
beranjak dewasa dan telah memasuki sekolah menengah. Beberapa tahun kemudian,
Mischel yang memiliki tiga orang anak perempuan yang dulu juga bersekolah di Bing,
bertanya mengenai keadaan teman-teman anaknya dari taman kanak-kanak. Ia kemudian menyadari bahwa terdapat
perbedaan antara anak-anak yang berhasil menunggu dan yang tidak dalam nilai
akademis mereka. Kemudian, pada tahun 1981,
Mischel mengirimkan kuesioner kepada orang tua, guru dan pembimbing akademis
dari anak-anak yang dulu ikut berpartisipasi dalam percobaan ini. Ia bertanya mengenai sifat mereka, kemampuan
mereka untuk berencana dan mengatasi masalah serta berhubungan dengan
teman-teman. Ia juga meminta nilai SAT (Red: Ujian Standar Akademik dan
Berpikir Kritis) mereka. Ia lalu
menemukan bahwa anak-anak yang dapat menunggu memiliki nilai rata-rata 201 poin
lebih baik dari mereka yang tidak bisa menunggu.”
Kesimpulan
tersebut mendapat konfirmasi bila kita lihat dalam kejadian dan kondisi lain
sehari-hari, terutama dalam kehidupan persilatan pendakian gunung dan
penempuhan rimba belantara. Seorang pendaki yang hendak memulai pendakian
pertamanya punya dua pilihan, menurutkan kesenangan sekarang dengan berleha-leha,
atau menunda kesenangan dan berusaha menyiapkan fisik, mental dan SKA (Skill, Knowledge and Attitude) sebaik
mungkin sampai kesenangan yang sesungguhnya tiba (menggapai puncak dan pulang
selamat serta hikmah perjalanan). Bagi yang masih sekolah dengan bergabung dan
mengikuti pendidikan dan latihan dasar yang diselenggarakan Sispala di
sekolahnya. Bagi yang mahasiswa dengan mengikuti Mapala. Dan bagi masyarakat
umum yang tidak berkesempatan di Sispala dan Mapala bisa membentuk dan mengasah
fisik, mental dan SKA-nya di PDW dan SPG Wanadri, Indonesian Green Ranger dan
lainnya. Atau sah juga membentuk komunitas dan menyelenggarakan pendidikan dan
latihan dasar di dalamnya. Semua sama, demi aman dan nyaman bermain di medan
gunung dan hutan belantara serta mendapatkan hikmah perjalanan.
Bahwa
kekuatan menunda kesenangan (Delayed
Gratification) adalah skill yang
amat krusial sebagai penentu kehidupan sesorang di kemudian hari dan khususnya pendaki
gunung dan penempuh hutan rimba.
• Jika Pendaki dapat
menunda kesenangan dari merokok dan lebih memilih untuk lari tiap pagi mungkin akan
lebih sehat sekarang dan tidak gagal dalam menggapai puncak impian.
• Jika Pendaki dapat
menunda kesenangan dari bersosmed ria dan lebih memilih membaca buku mungkin
anda akan lebih pintar dan tercerahkan sekarang. Bisa mengisi materi-materi
tentang pendakian dengan baik dan komprehensif.
• Jika Pendaki bisa
menunda kesenangan dari membeli barang-barang konsumtif dan mensisihkan uangnya
untuk ditabung dan mengkoleksi gear pendakian yang dibutuhkan tentu saat
mendaki tidak perlu kesana-kemari mencari gear pinjaman.
• Jika Pendaki bisa bisa
menunda kesenangan dengan setiap bulan mengambil waktu sehari penuh untuk
belajar materi-materi dasar maka misalkan ada 14 materi dasar yang harus
dikuasai maka kurang dari setahun setengah tanpa disadari ia sudah menguasai materi
dasar tersebut (1. Navigasi Darat; 2. Survival; 3.
Mountaineering; 4. P 3 K; 5. Manajemen Perjalanan/Pendakian; 6. Iklim, Medan
dan Ilmu Penaksiran; 7. Komunikasi Lapangan; 8. Sejarah Pendakian dan
Organisasi yang relevan; 9. Hakekat Berkegiatan Alam Bebas dan Kepencitaalaman;
10. Reportase dan Fotografi Perjalanan/Pendakian; 11. Sosiologi Pedesaan; 12.
Keorganisasian; 13. Kepemimpinan; 14. Konservasi dan Etika Pendakian).
• Jika… silahkan
ditambahkan wahai para pendaki, kesenangan apa yang bisa ditunda untuk
menggapai kesenangan yang lebih wahid lagi (sesungguhnya).
Semua
contoh diatas ditentukan karena Kekuatan Menunda Kesenangan Sementara (delayed gratification). Kita seringkali
gagal mengatasi distraksi kesenangan-kesenangan sementara yang begitu menggoda.
Dan sayangnya, dalam era smartphone ini, kita begitu mudah terjebak dalam
kesenangan sesaat yang begitu distraktif (cek beranda FB, cek pemberitahuan WA,
baca berita-berita online, mengikuti hoax yang sesuai dengan keyakinan, dst). Padahal kita tahu: jika kita ingin sukses
dalam dunia persilatan pendakian, kita wajib untuk mempunyai fisik, mental dan
SKA yang memadai. Kedisiplinan dan terus fokus terhadap tindakan dan pencapaian
kita.
Ayo diimani, setiap Pendaki pasti
punya the power of delayed gratification
yang sekokoh karang, dan tidak mudah tertipu dalam kesenangan singkat yang begitu
melenakan.