Kamis, 06 Juli 2017

Mudik Lebaran 2017 Masehi/ 1438 Hijriah

Momen yang penuh makna dan kegembiraan ini diawali dengan insiden diopnamenya diri ini di malam ke-20 Ramadhan selama 5 hari 5 malam dikarenakan pembengkakan ginjal dan infeksi lambung kronis. Pemulihan via rawat jalan juga ternyata tidak berjalan sesuai harapan. Menjelang mudik dan hari raya ‘Idul Fitri kebugaran tubuh yang diharapkan tak kunjung datang. Tak disangka treatment ESWL membuat badan cepat lelah dan limbung serta harus mengkonsumsi obat 8 ragam jenis. 



Kondisi ini membuat skenario lebaran menjadi berubah. Tidak ada acara mendaki gunung seperti yang direncanakan sebelumnya Termasuk keinginan untuk bisa menjangkau (silaturahim) ke banyak saudara-saudara baik saudara biologis maupun saudara ideologis. Semua serba tentatif menunggu perkembangan kebugaran tubuh dari hari ke hari. 

Namun, sebagai orang Jawa, apapun kondisinya selalu akan meluncur dari mulut ini ucapan hikmah dan syukur, “Untung saja cuma pembengkakan ginjal dan infeksi lambung kronis. Ginjal dan lambung masih berfungsi. Dan jangka panjang kegemaran mendaki dan menempuh rimba tidak akan terrganggu”. Atau kalimat ini, “Selamet langsung budal nang rumah sakit saknaliko ngerasakke loro. Cobo nek diempet terus kolaps ra iso obah, dewean nang omah, wayahe wong podo turu, lak seje ceritane (mungkin mati karena terlambat mendapatkan pertolongan).” Untung juga disampaikan pas ketemu keluarga di kampung karena berkat sakit maka bisa kembali memiliki postur tubuh yang ideal karena terlihat lebih kurus.

Beberapa hal yang menjadi catatan yang semoga bermanfaat untuk di-share ke lini media sosial ini adalah:
1. Terbuktinya adanya saudara ideologis selain saudara biologis. Selama menjalani opname diri ini jauh dari anak dan istri serta keluarga lainnya. Namun beruntung memiliki rekan kerja ERM yang sudah seperti keluarga dan saudara-saudara dari Komunitas Pendaki Gunung (KPG). Mereka membuat jadwal/shift untuk menunggui dan ketika malam pada pindah tempat tidur dari rumah/kos masing-masing ke rumah sakit. Menandatangani persetujuan-persetujuan untuk tindakan medis. Sungguh mengharukan dan menutup rapat rasa sakit akibat pembengkakan ginjal dan infeksi lambung kronis ini. Sulit untuk memilih kata dan kalimat yang tepat untuk mengekspresikan rasa terima kasih atas kehadiran mereka dalam kondisi sulit ini.
2. Pola hidup sehat yang kujalani saat ini terutama terkait hidup bebas dari alkohol, obat-obatan terlarang, nikotin dan meminimalkan konsumsi kafein dan gula ternyata menjadi kunci penting. Menurut dokter, pentingnya adalah tubuh bisa lekas memberitahukan via rasa sakit/nyeri luar biasa saat ada gangguan pada ginjal dan lambung. Banyak kasus seperti ini (gangguan ginjal dan lambung) baru dirasa/dibawa ke dokter ketika kondisi sudah parah karena tubuh kehilangan kemampuan untuk mengirim signal bahwa sedang ada sesuatu yang tidak beres baik berupa rasa sakit, panas tubuh dan kondisi lainnya. Jadi mari lanjutkan pola hidup sehat dengan menambah rutin olahraga dan istirahat cukup agar kita tercegah dari penyakit-penyakit kronis dan akut dengan stadium lanjut.
3. Lebih menghargai dan menikmati nikmat sehat. Saat sebelum sakit betapa diri ini seringkali tidak memenuhi hak tubuh dengan mengurangi jam istirahat (tidur), waktu berpikir dan memilih menu makanan yang baik dan makan tepat waktu. Dan lebih parahnya muncul anggapan diri (kesombongan) sebagai orang yang kuat dan tangguh padahal untuk menjadi kuat dan tangguh justru harusnya menjaga pola hidup sehat. 

Demikian sekelumit cerita, hikmah dan makna Lebaran 2017 Masehi/ 1438 Hijriah. Sekali lagi sebagai orang Jawa selalu bicara untung dan selamat. Tambahan untung lainnya adalah mudik Lebaran dapat tiket pesawat Garuda kelas Bisnis. Mungkin ini rejeki orang baik yang sedang tidak sehat karena bila mudik ditempuh dengan perjalanan darat tentunya tidak cocok dengan kondisi tubuh yang belum bugar. Dan menjelang balik pada akhirnya bisa sambang Jepara, Demak dan Semarang untuk terus memperkuat komunikasi, koordinasi dan tali persaudaraan sesama pendaki gunung dan penempuh rimba. 

Foto-foto terlampir sedikit menggambarkan suasana Lebaran kemarin. Baru berani foto ketika wajah pucat mulai berkurang dan bobot tubuh mulai bertambah (semula turun 7 kg dan lebaran bisa naik 3 kg). Dan pada akhirnya harus kembali dirunding sendu karena harus jauh-jauhan lagi dari si kecil Milo-Arjuna Tiwikrama yang sedang tumbuh pesat. Ya Allah, lekaskanlah beri rejeki yang lebih nambah dari sebelumnya agar bisa berkumpul dengan anak tercinta.


Tidak ada komentar: