pendakirewel
Blog ini representari dari rasa syukur atas kesehatan dan kesempatan dalam hidup ini untuk berbagi waktu dengan gunung dan belantara.
Jumat, 04 Oktober 2024
[Tak Merubah] Derita Sang Pendaki Gunung
Selasa, 24 September 2024
Kebahagiaan Pendaki Ini
Pendaki ini telah banyak menipu dan mengingkari diri. Namun tak terhitung ketulusan yang terpancar dari setiap kata, laku dan ekspresinya.
Pendaki ini sudah dipenuhi selimut dosa. Tetapi aliran sungai-sungai. Jutaan butiran embun pagi. Kerasnya terjangan angin dan hujan badai. Menjaganya tetap suci, bersih, kering dan hygiene.
Pendaki ini terus-menerus bermurung muka. Bermuram durja. Walau kontras ketika waktu terlelap, menampilkan wajah tenang, damai dan teduh.
Semua berkat pangkuan hangatmu. Semua karena kasih dan sayangmu. Semua akibat pengorbanan dan cintamu.
Terima kasih telah membahagiakanku. Selamat atas kebahagianmu. Pada Arjuna keyakinkan jiwa. Pada Semeru kumenyeru. Pada Gede-Pangrango, kutancapkan keteguhan jiwa dan kerendahan hati agar kebahagiaan pendaki ini bukan hanya sebuah intro.
Kamis, 12 Oktober 2023
Tektok Gede-Pangrango-Gede via Putri Demi Mandalawangi Arasy Pangrango
Melanjutkan tradisi ritual pemberian nama anak, setelah sebelumnya dilakukan pada 2013 untuk anak pertama (Arjuna Restu Muhammad Tiwikrama) di Gunung Arjuno dan pada 2018 untuk anak kedua (Ksatria Mahameru Girijaladri) di Gunung Semeru. Hari ini, Sabtu, 9 September 2023 diri ini mendaki Gunung Gede-Pangrango via jalur Gunung Putri untuk mengesahkan nama anak ketiga, Madalawangi Arasy Pangrango yang telah lahir pada 27 Juli 2023 lalu.
Praktis terakhir mendaki gunung dengan ketinggian lebih dari 3000 mdpl adalah pada saat memberi nama anak kedua, yakni 5 tahun yang lalu (2018). Awalnya agak ragu apakah diri ini masih kuat karena usia menjelang 41 tahun dan pendakian kali ini konsepnya adalah tektok tanpa ng-camp atau bermalam. Selain itu, tantangan pendakian kali ini yang belum pernah dilakukan sebelumnya adalah menggapai 3 puncak dalam sehari karena pulang-pergi hanya dari satu jalur yakni Gunung Putri. Artinya setelah menggapai Puncak Gede dan Puncak Pangrango maka harus kembali mendaki Puncak Gede untuk turun di jalur Gunung Putri.
Jumat, 8 September sepulang kerja dilakukan persiapan terutama packing. Gear utama yang dibawa kali ini begitu spesial. Backpack dengan Heug Bushcraft produk kebanggaan Bandung dengan desain vintage, bahan utama kanvas dan kulit sapi jadilah tas dengan gaya klasik. Backpack ini benar-benar menegaskan kegantengan dan kegagahan diri ini. Untuk baju dan celana masih terus setia dengan Eiger. Sedangkan sepatu dan trekkingpoll juga masih setia dengan Columbia. Untuk mengabadikan momen pendakian ini diri ini membawa Iphone 13 Pro Max.
Jam 20.30 WIB perjalanan via motor Yamaha NMAX dimulai. Perjalanan panjang malam ini dikarenakan nyasar sehingga melewati jalur panjang yang sepi di tengah malam (jalur Gunung Batu) untuk sampai di Pasar Cipanas sebelum naik ke Basecamp GPO. Alhamdulillah tepat tengah malam akhirnya bisa sampai di Basecamp GPO dan bertemu dengan kawan lama Amir GPO setelah 8 tahun tidak ketemu.
Setelah menyempatkan diri untuk istirahat dan persiapan pendakian, Minggu pagi, 9 September pukul 05.30 WIB dimulailah pendakian ini. Udara yang dingin menjadi teman perjalanan. Untuk menetralisir dingin diri ini mengurangi waktu dan jumlah istirahat. Bila harus istirahat tetap dalam posisi berdiri. Jalur Gunung Putri terkenal paling ramai jadi mendaki lebih pagi adalah pilihan terbaik untuk menghindari macet atau antri panjang. Alhamdulillah ternyata fisik masih bagus. Jam 9 pagi sudah sampai di Surya Kencana dan jam 10 sudah sampai di Puncak Gede. Terima kasih untuk orang-orang yang baik hati bersedia motoin diri ini pas di Surya Kencana dan Puncak Gede sehingga punya dokumentasi yang memadai.
Tidak berlama-lama di Puncak Gede, diri ini lanjut ke Pangrango. Jalur Pangrango lebih menantang karena banyak pohon tumbang dan celah-celah jalur yang sempit. Untung diri ini sudah turun BB dimana awal tahun sempat 86Kg dengan lingkar pinggang 98 cm dan dalam pendakian ini BB 78kg dengan lingkar pinggang 88 cm. Dengan langkah tertatih dan nafas terengah-engah serta menyempatkan diri untuk makan siang, pukul 14.00 WIB sampailah di Puncak Pangrango. Selanjutnya turun ke Lembah Mandalawangi dan terpenuhilah semua rukun dalam ritual pemberian nama ini.
Tergapainya Puncak Pangrango dan Lembah Mandalawangi ternyata bukan menjadi puncak momen pendakian ini. Justru perjalanan turunlah yang menjadi ujian sesungguhnya seberapa kuat dan daya tahan tubuh dan jiwa ini dalam menghadapi medan gunung dan hutan. Dengan tenaga yang tinggal separuh harus menuruni jalur terjal Pangrango dan menaiki tanjakan untuk kembali menuju Puncak Gede. Untuk menjaga semangat hidup diri ini terus berkomat-kamit membaca mantra-mantra, melantunkan doa-doa dan menggumamkan jampi-jampi sembari menikmati indahnya senja sandikala Gede-Pangrango yang tiada duanya. Pemandangan yang sempat menghipnotis diri untuk menetap disini selamanya. Untung suara tangis Mandalawangi Arasy Pangrango sampai di telinga ini, menyadarkan diri ini bahwa ini bukan tempat menetap selamanya.
Menjelang magrib sampai di Puncak Gede. Menyempatkan mengabadikan pemandangan awan keemasan senja sandikala dengan obyek Tugu Penanda Puncak Gunung Gede sebelum melanjutkan turun ke Surya Kencana. Sesuai dugaan, di puncak musim kemarau ini hawa dingin Surya Kencana begitu bengis menusuk kulit, sendi dan tulang. Diri ini tidak kuat berlama-lama istirahat di Surya Kencana. Dengan bibir bergetar, tubuh menggigil dan bayangan-banyangan masa lampau diri ini menyusuri jalur panjang ini. Kadang berjalan sempoyongan. Kadang berlari kecil. Seringnya dengan langkah tegap berharap segera sampai di Hutan Cantigi yang telah menunggu dengan udara yang lebih hangat.
Perjalanan malam ini begitu melelahkan. Sempat pesimis bisa sampai Basecamp karena gelap dan sepinya malam membuat beberapa kali merasa salah jalur. Untuk mengatasi ini akhirnya diri ini mengeluarkan rapal mantra tertinggi para pendaki gunung dan penempuh rimba yang kuperoleh dari Mahaguru Bimapala UID yang berbunyi, "Logika dan kekuatan adalah dasar kuberpijak dan melangkah". Serta menghadirkan separuh "Tiwikrama" agar daya jelajah tetap terjaga. Alhamdulillah pukul 23.00 WIB sampailah di Basecamp GPO.
Bravo Dunia Petualangan!!!
Selasa, 08 Mei 2018
KPG Menyapa Pengunjung Indofest 2018
Apa sih yang telah diperbuat oleh KPG? Naik gunung, masuk hutan, penggalangan dana untuk korban bencana, kampanye dan aksi untuk memulihkan kondisi lingkungan (konservasi) dan upaya meningkatkan sumber daya pendaki agar memiliki basic competency untuk berkegiata di gunung-hutan, menjadi fokus KPG beraksi dan bergerak.
Alhamdulillah saat ini KPG telah semakin luas menjangkau keberadaan para pendaki dengan lebih dari 33 regional di Jawa, Sumatera, Sulawesi dan lekas hadir di Kalimantan, Papua dan pulau-pulau besar Indonesia lainnya.
Di Leuseur Stage dipenuhi dengan member KPG dan pengunjung Indofest 2018. Saling sharing dan bercengkerama serta nuansa kekeluargaan begitu kental dalam sesi 40 menit yang terasa sangat singkat. Sampai jumpa di gelaran pameran Indofest 2019!
Kamis, 06 Juli 2017
Mudik Lebaran 2017 Masehi/ 1438 Hijriah
Kondisi ini membuat skenario lebaran menjadi berubah. Tidak ada acara mendaki gunung seperti yang direncanakan sebelumnya Termasuk keinginan untuk bisa menjangkau (silaturahim) ke banyak saudara-saudara baik saudara biologis maupun saudara ideologis. Semua serba tentatif menunggu perkembangan kebugaran tubuh dari hari ke hari.
Namun, sebagai orang Jawa, apapun kondisinya selalu akan meluncur dari mulut ini ucapan hikmah dan syukur, “Untung saja cuma pembengkakan ginjal dan infeksi lambung kronis. Ginjal dan lambung masih berfungsi. Dan jangka panjang kegemaran mendaki dan menempuh rimba tidak akan terrganggu”. Atau kalimat ini, “Selamet langsung budal nang rumah sakit saknaliko ngerasakke loro. Cobo nek diempet terus kolaps ra iso obah, dewean nang omah, wayahe wong podo turu, lak seje ceritane (mungkin mati karena terlambat mendapatkan pertolongan).” Untung juga disampaikan pas ketemu keluarga di kampung karena berkat sakit maka bisa kembali memiliki postur tubuh yang ideal karena terlihat lebih kurus.
Beberapa hal yang menjadi catatan yang semoga bermanfaat untuk di-share ke lini media sosial ini adalah:
1. Terbuktinya adanya saudara ideologis selain saudara biologis. Selama menjalani opname diri ini jauh dari anak dan istri serta keluarga lainnya. Namun beruntung memiliki rekan kerja ERM yang sudah seperti keluarga dan saudara-saudara dari Komunitas Pendaki Gunung (KPG). Mereka membuat jadwal/shift untuk menunggui dan ketika malam pada pindah tempat tidur dari rumah/kos masing-masing ke rumah sakit. Menandatangani persetujuan-persetujuan untuk tindakan medis. Sungguh mengharukan dan menutup rapat rasa sakit akibat pembengkakan ginjal dan infeksi lambung kronis ini. Sulit untuk memilih kata dan kalimat yang tepat untuk mengekspresikan rasa terima kasih atas kehadiran mereka dalam kondisi sulit ini.
2. Pola hidup sehat yang kujalani saat ini terutama terkait hidup bebas dari alkohol, obat-obatan terlarang, nikotin dan meminimalkan konsumsi kafein dan gula ternyata menjadi kunci penting. Menurut dokter, pentingnya adalah tubuh bisa lekas memberitahukan via rasa sakit/nyeri luar biasa saat ada gangguan pada ginjal dan lambung. Banyak kasus seperti ini (gangguan ginjal dan lambung) baru dirasa/dibawa ke dokter ketika kondisi sudah parah karena tubuh kehilangan kemampuan untuk mengirim signal bahwa sedang ada sesuatu yang tidak beres baik berupa rasa sakit, panas tubuh dan kondisi lainnya. Jadi mari lanjutkan pola hidup sehat dengan menambah rutin olahraga dan istirahat cukup agar kita tercegah dari penyakit-penyakit kronis dan akut dengan stadium lanjut.
3. Lebih menghargai dan menikmati nikmat sehat. Saat sebelum sakit betapa diri ini seringkali tidak memenuhi hak tubuh dengan mengurangi jam istirahat (tidur), waktu berpikir dan memilih menu makanan yang baik dan makan tepat waktu. Dan lebih parahnya muncul anggapan diri (kesombongan) sebagai orang yang kuat dan tangguh padahal untuk menjadi kuat dan tangguh justru harusnya menjaga pola hidup sehat.
Demikian sekelumit cerita, hikmah dan makna Lebaran 2017 Masehi/ 1438 Hijriah. Sekali lagi sebagai orang Jawa selalu bicara untung dan selamat. Tambahan untung lainnya adalah mudik Lebaran dapat tiket pesawat Garuda kelas Bisnis. Mungkin ini rejeki orang baik yang sedang tidak sehat karena bila mudik ditempuh dengan perjalanan darat tentunya tidak cocok dengan kondisi tubuh yang belum bugar. Dan menjelang balik pada akhirnya bisa sambang Jepara, Demak dan Semarang untuk terus memperkuat komunikasi, koordinasi dan tali persaudaraan sesama pendaki gunung dan penempuh rimba.
Foto-foto terlampir sedikit menggambarkan suasana Lebaran kemarin. Baru berani foto ketika wajah pucat mulai berkurang dan bobot tubuh mulai bertambah (semula turun 7 kg dan lebaran bisa naik 3 kg). Dan pada akhirnya harus kembali dirunding sendu karena harus jauh-jauhan lagi dari si kecil Milo-Arjuna Tiwikrama yang sedang tumbuh pesat. Ya Allah, lekaskanlah beri rejeki yang lebih nambah dari sebelumnya agar bisa berkumpul dengan anak tercinta.
Jumat, 05 Mei 2017
KPG Tampil di Mall
Rabu, 19 April 2017
Apakah Pendaki penyembah pohon?
Kearifan leluhur mengajarkan kehidupan yang selaras dengan alam. Saling memberi. Pendaki (manusia) memelihara pohon, dan pohon memberikan manfaat pada pendaki. Wahai Pendaki lain, masih ragu atau tidak percaya?