Ciri khas
petualang adalah tidak pernah puas dengan petualangan yang pernah dijalani. Selalu
mengupayakan variasi tantangan dalam setiap perjalanannya. Salah satu jalan
yang ditempuh dari petualang gunung adalah melakukan pendakian Solo.
“Mencapai puncak gunung manapun dianggap
kurang penting dibanding dengan cara seseorang mencapainya, seorang pendaki
akan merasa bangga jika berhasil melewati rute yang paling. Tidak ada pendaki
yang lebih dikagumi selain pendaki solo yaitu pemimpi yang mendaki sendirian”
– Jon Krakauer; In To Thin Air-
Apa sih pendakian Solo? Tentunya terminologi Solo sudah pernah didengar pada ranah lain seperti dunia musik yang mengenal penyanyi Solo sebagai penyanyi yang bernyanyi sendiri. Sama juga bagi pendaki Solo berarti seorang yang melakukan pendakian sendirian dan dengan peralatan sendiri.
Apa sih pendakian Solo? Tentunya terminologi Solo sudah pernah didengar pada ranah lain seperti dunia musik yang mengenal penyanyi Solo sebagai penyanyi yang bernyanyi sendiri. Sama juga bagi pendaki Solo berarti seorang yang melakukan pendakian sendirian dan dengan peralatan sendiri.
Pendaki Solo
adalah sebuah keberuntungan. Kenapa demikian, karena dengan ramainya lalu
lintas jalur pendakian tentunya akan banyak pendaki lain yang ditemui dan
bahkan bergabung dalam kelompok tersebut.
Banyak yang
beranggapan bahwa orang - orang yang melakukan pendakian solo adalah mereka yang mempunyai tingkat keberanian
super atau tidak punya rasa takut sama sekali. Padahal tidaklah demikian, dalam
kisah pendakiannya Messner, Krakauer maupun Gary juga selalu dihantui perasaan
takut. Hanya ketahanan dalam menghadapi siksaan rasa takutlah yang membuat
mereka mampu melakukannya.
Setelah memahami
definisi pendakian Solo, maka selanjutnya adalah bagaimana sukses menempuh pendakian
Solo?
Dasarnya sama,
menyiapkan fisik dan mental yang prima dan perlengkapan yang memadai. Kunci
sukses selanjutnya adalah mampu menolong dirinya sendiri dari bahaya kejahatan,
cidera, kelaparan, kedinginan, hipermia, ketakutan, tersesat, dan menolong diri
dari kemalasan dan kehilangan motivasi pendakian. Kemalasan dan demotivasi menjadi penghalang utama dari
seorang pendaki Solo untuk berhasil dalam pendakian (menggapai puncak dan
pulang selamat).
Sebelum berada di
jalur pendakian alangkah baiknya untuk mempersiapkan data dengan baik. Sebelum
mendaki cari literatur gunung yang dituju. Baca dan baca. Internet
menyediakannya gratis. Itu sebabnya disarankan untuk selalu berbagi cerita
pendakian karena akan bermanfaat bagi orang lain. Baca seolah besok mau ujian:
turun bis dimana, ciri basecamp-nya apa, pos 1 bentuknya gimana, ketersediaan airnya
dimana saja, jalur pendakian, dan apa saja KECUALI CERITA MISTISNYA! Bukan apa-apa,
secara psikologis cerita-cerita demikian akan berdampak buruk pada semangat di
jalan.
Sebelum berangkat
jangan lupa berpamitan dan lapor ke basecamp dan rencana berapa lama pendakian
dan kekuatan logistik yang mendukung lama pendakian agar petugas Basecamp bisa
memantau dan memperkirakan ketahanan selama di pendakian. Sehingga bila ada
keterlambatan turun petugas bisa memperkirakan kapan waktunya untuk melakukan
pencarian (search).
Pastikan semua
kelengkapan telah nangkring di dalam keril. Sangat direkomendasikan untuk
membawa HP bahkan telepon satelit dan GPS sebagai jaminan tidak akan tersesat
dan bila terjadi kondisi darurat bisa segera meminta pertolongan. Dan sebagai
teman sepi adalah pemutar lagu untuk mendengarkan lagu-lagu favorit.
Saat memulai
pendakian berdoalah, perbaiki niat dan rendah hatilah. Jauhi sifat sombong, menantang, dan meremehkan. Bahkan
ketika selamat tiba di bawah semua keberhasilan itu tidak akan membuktikan
apa-apa.
Gunung-gunung yang recommended untuk pendakian solo adalah Semeru,
Lemongan, Raung, Merapi/Idjen, Arjuno, Welirang, Kembar 1, Kembar 2, Wilis,
Buthak, Lawu, 3S/2M di jateng, Ungaran, Cireme, Gde-Pangrango, Papandayan,
Cikuray, Guntur dan Salak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar