Kamis, 22 Januari 2015

Pendakian Solo

Ciri khas petualang adalah tidak pernah puas dengan petualangan yang pernah dijalani. Selalu mengupayakan variasi tantangan dalam setiap perjalanannya. Salah satu jalan yang ditempuh dari petualang gunung adalah melakukan pendakian Solo.

Mencapai puncak gunung manapun dianggap kurang penting dibanding dengan cara seseorang mencapainya, seorang pendaki akan merasa bangga jika berhasil melewati rute yang paling. Tidak ada pendaki yang lebih dikagumi selain pendaki solo yaitu pemimpi yang mendaki sendirian” – Jon Krakauer; In To Thin Air-

Apa sih pendakian Solo? Tentunya terminologi Solo sudah pernah didengar pada ranah lain seperti dunia musik yang mengenal penyanyi Solo sebagai penyanyi yang bernyanyi sendiri. Sama juga bagi pendaki Solo berarti seorang yang melakukan pendakian sendirian dan dengan peralatan sendiri.

Pendaki Solo adalah sebuah keberuntungan. Kenapa demikian, karena dengan ramainya lalu lintas jalur pendakian tentunya akan banyak pendaki lain yang ditemui dan bahkan bergabung dalam kelompok tersebut.

Banyak yang beranggapan bahwa orang - orang yang melakukan pendakian solo adalah mereka yang mempunyai tingkat keberanian super atau tidak punya rasa takut sama sekali. Padahal tidaklah demikian, dalam kisah pendakiannya Messner, Krakauer maupun Gary juga selalu dihantui perasaan takut. Hanya ketahanan dalam menghadapi siksaan rasa takutlah yang membuat mereka mampu melakukannya.

Setelah memahami definisi pendakian Solo, maka selanjutnya adalah bagaimana sukses menempuh pendakian Solo?

Dasarnya sama, menyiapkan fisik dan mental yang prima dan perlengkapan yang memadai. Kunci sukses selanjutnya adalah mampu menolong dirinya sendiri dari bahaya kejahatan, cidera, kelaparan, kedinginan, hipermia, ketakutan, tersesat, dan menolong diri dari kemalasan dan kehilangan motivasi pendakian. Kemalasan  dan demotivasi menjadi penghalang utama dari seorang pendaki Solo untuk berhasil dalam pendakian (menggapai puncak dan pulang selamat).

Sebelum berada di jalur pendakian alangkah baiknya untuk mempersiapkan data dengan baik. Sebelum mendaki cari literatur gunung yang dituju. Baca dan baca. Internet menyediakannya gratis. Itu sebabnya disarankan untuk selalu berbagi cerita pendakian karena akan bermanfaat bagi orang lain. Baca seolah besok mau ujian: turun bis dimana, ciri basecamp-nya apa, pos 1 bentuknya gimana, ketersediaan airnya dimana saja, jalur pendakian, dan apa saja KECUALI CERITA MISTISNYA! Bukan apa-apa, secara psikologis cerita-cerita demikian akan berdampak buruk pada semangat di jalan.

Sebelum berangkat jangan lupa berpamitan dan lapor ke basecamp dan rencana berapa lama pendakian dan kekuatan logistik yang mendukung lama pendakian agar petugas Basecamp bisa memantau dan memperkirakan ketahanan selama di pendakian. Sehingga bila ada keterlambatan turun petugas bisa memperkirakan kapan waktunya untuk melakukan pencarian (search).

Pastikan semua kelengkapan telah nangkring di dalam keril. Sangat direkomendasikan untuk membawa HP bahkan telepon satelit dan GPS sebagai jaminan tidak akan tersesat dan bila terjadi kondisi darurat bisa segera meminta pertolongan. Dan sebagai teman sepi adalah pemutar lagu untuk mendengarkan lagu-lagu favorit.

Saat memulai pendakian berdoalah, perbaiki niat dan rendah hatilah. Jauhi sifat sombong, menantang, dan meremehkan. Bahkan ketika selamat tiba di bawah semua keberhasilan itu tidak akan membuktikan apa-apa.
Gunung-gunung yang recommended untuk pendakian solo adalah Semeru, Lemongan, Raung, Merapi/Idjen, Arjuno, Welirang, Kembar 1, Kembar 2, Wilis, Buthak, Lawu, 3S/2M di jateng, Ungaran, Cireme, Gde-Pangrango, Papandayan, Cikuray, Guntur dan Salak.


Tidak ada komentar: