Selasa, 20 Januari 2015

Rahasia Sukses Pendakian di Musim Basah

Dear Pembaca Blog Pendakirewel,

Umumnya dalam musim basah (wet season) Taman Nasional akan menutup sementara jalur pendakian. Sebagai contoh dari Januari ini hingga 3 bulan ke depan TN Gede-Pangrango, TN Bromo Tengger Semeru dan TN Rinjani telah menutup jalur pendakiannya. Hal ini dimaksudkan setidaknya untuk menghindari kecelakaan pendakian dan untuk memberi kesempatan pada alam me-recovery dirinya sendiri.

Namun, tidak semua jalur gunung ditutup dimasa musim basah. Kadang diperparah juga dengan adanya kenekatan pendaki karena pas memiliki waktu dan persiapan mencukupi untuk melakukan pendakian di musim basah. Di bawah ini akan Beta uraikan bagaimana rahasia sukses pendakian di musim basah.

·         Persiapan dasar: fisik, mental dan gear

Wajib hukumnya setiap pendakian yang dilakukan harus pada kondisi fisik dan mental bugar dan ditemani gear yang prima. Untuk itu diperlukan kegiatan pra pendakian yang berorientasi pada penguatan fisik dan mental. Bentuk latihan dalam intensitas ringan menuju sedang adalah berjalan dan berlari dengan memakai sepatu gunung yang dilakukan tidak hanya pada satu waktu. Artinya hari ini latihan jalan dan lari pada pagi hari. Di waktu berikutnya di lakukan pada siang hari dan selanjutnya pada malam hari. Siklusnya bebas. Terpenting semua waktu dilakukan. Hal ini akan berguna karena mendaki gunung sangat situasional. Artinya perjalanan tidak hanya dilakukan di pagi sampai sore hari. Sering pula perjalanan dilakukan pada kondisi gelap dan bahkan pada dini hari. Variasi latihan lainnya bisa dengan pembentukan/penguatan otot dengan melakukan angkat beban seperti angkat burble untuk menguatkan lengan dan kaki, panjat dinding dan push up harimau untuk menguatkan jemari dan berjalan dengan beban di pundak untuk menguatkan punggung. Nah, tidak kalah penting adalah mengumpulkan gear yang mendukung pendakian di musim basah seperti Sepatu (Waterproof/ Water Resistance), Gaiters, Keril, Ponco/raincoat, kantung plastik, cover bag, tenda/ tenda ber-vestibule (berteras), flysheet, matras, kanebo ataupun spons sebagai bahan penyerap air, tongkat pendakian (tracking poll), pakaian pengganti, wind breaker jacket, trash bag, korek anti air, termos, kaca mata badai, tissu, sarung tangan, penutup hidung dan silahkan ditambahkan bila ada yang terlewat.

·         Menghadapi Hujan

Banyak yang merekomendasikan berhenti bila dalam perjalanan turun hujan. Terutama mereka yang berbicara sedang dalam kondisi menikmati hangatnya Kota. Namun dalam kenyataannya saat pendakian seringkali situasi tidak memungkinkan untuk berhenti ketika perjalanan. Sebenarnya hujan sedikit banyak bisa diprediksi sehingga akan lebih baik sebelum deras ponco/raincoat dan bag cover telah dipasang. Jangan lupa gaiters. Sebagai catatan saat memasang perlengkapan menghadapi hujan adalah pastikan tempat sekeliling ketika berhenti, menurunkan keril dan memakai perlengkapan menghadapi hujan dalam kondisi safety.

Saat hujan perhatikan langkah dan jarak antar anggota kelompok pendakian. Jangan sampai terpisah. Tanda utamanya segera berhenti bila rekan di belakang tak terlihat dan mempercepat langkah dan teriak memanggil bila rekan di depan juga sudah tak terlihat. Selain itu kurangi kecepatan untuk menghindari bahaya terpeleset. Hindari pergerakan dengan berlari. Bila petir menyambar-nyambar dan posisi sekeliling tidak ada yang lebih tinggi berjalanlah agak merunduk atau segera memilih jalur yang lokasinya ada pepohonan atau bebatuan yang lebih tinggi tetapi jangan berada di bawahnya untuk menghindari sambaran petir. Penting juga untuk dipastikan semua perangkat elektronik dimatikan.

Selama perjalanan salinglah mengecek kondisi raincoat dan coverbag rekan pendakian untuk memastikan tidak ada air hujan yang membasahi badan atau tembus ke keril. Bila diprediksi hujan masih lama maka segera berhenti setelah menemukan tempat yang aman untuk mendirikan tenda. Maksimal kehujanan tidak lebih dari 3 jam untuk yang mengenakan perlengkapan dan tidak lebih dari sejam untuk yang tidak menggunakan perlengkapan alias basah kuyup sejak pertama kehujanan. Bagi mereka yang kebasahan karena tidak membawa raincoat atau ponco pastikan kepala ditutupi dengan slayer agar air hujan tidak jatuh langsung mengenai rambut/kulit kepala untuk menghindari rasa pusing dan pingsan tiba-tiba.

Bagi yang menguasai ilmu pernafasan dan tenaga dalam, selama berjalan upayakan untuk membangun/menjaga panas tubuh dengan mengatur tempo langkah dan pernafasan dengan irama tertentu. Upayakan pula untuk menyerap energi alam melalui permukaan tangan.

·         Menghadapi Badai

Deru angin dan suara melengking akibat kecepatannya menabrak tebing dan pepohonan serta lembah. Kalau dari Kalimati kita bisa melihat penampakan badai yang menghempaskan pasir di kaldera Puncak Semeru. Namun jangan ragu dan bimbang dengan situasi ini karena pendakian bisa tetap berlanjut. Menghadapi badai diawali dengan memasang perlengkapan anti badai dengan memakai jaket wind breaker, kacamata, penutup hidung dan mulut, sepatu, sarung tangan, tongkat dan lainnya. Setelah itu pastikan arah angin/badai. Usahakan diposisi yang sama dengan jurang/tebing dengan arah angin. Contoh badai dari timur dan jurang di arah barat jalur maka upayakan untuk berada di jalur sebelah timur karena bila terhempas badai tidak akan langsung jatuh ke jurang/tebing. Berjalan agak rendah. Tongkat akan sangat membantu teknik berjalan agak rendah. Berjalanlah menyamping dari arah badai agar mulut dan wajah tidak kering dan masuk angin. Maksimal perjalanan kena badai adalah 3 jam. Dan setiap berhenti usahakan benar-benar menemukan tempat perlindungan dan gunakan waktu istirahat tersebut untuk mengeluarkan angin yang masuk ke tubuh saat perjalanan untuk menjaga kondisi prima. Caranya dengan minum jahe hangat, mengolehkan minyak kayu putih dan bila menguasai pernafasan dan tenaga dalam bisa menggunakan teknik pernafasan.

Bada pasti berlalu. Artinya kita harus optimis dan tidak boleh takut. Kekuatan team work sangat dibutuhkan. Jangan gunakan teknik saling mengikat sesama rekan pendakian, tetapi berjalanlah dengan jarak rapat. Hindari teriakan bila terpisah karena suara yang terdengar tidak akan sama persisi dengan sumber suara karena terbawa angin. Tetapi gunakan media lain seperti cahaya, menggerakkan ranting, berhenti menunggu atau turun kembali ke bawah.

·         Menghadapi Kabut

Kabut menyebabkan jarak pandang terbatas. Kandungan airnya bisa menganggu pernafasan. Namun mendaki tanpa menemukan kabut agak hampa rasanya.

Kabut tebal alangkah baiknya tidak menyurutkan bahkan menghentikan pendakian. Ibarat teman, kabut merupakan salah satu teman setia para pendaki. Melewati jalur yang berkabut adalah keniscayaan. Oleh karenanya menghadapi kabut adalah keharusan. Pakai raincoat dan perlengkapan seperti saat menghadapi badai. Bedanya kaca mata hanyalah opsi. Teknik perjalannya juga tidak jauh berbeda yakni berjalan dengan jarak yang rapat dan terpenting upayakan udara masuk ke hidung telah ter-filter oleh slayer atau penutup hidung dan mulut lainnya.

Kabut sering dikaitkan dengan hal mistis seperti kehadiran danyang penunggu suatu tempat. Oleh karenanya hindari berkata jelek/kotor, kurangi bersendau-gurau agar konsentrasi dan fokus tetap terjaga. Jika mendaki sendiri dalam kondisi berkabut usahakan untuk mengingat kebesaran Tuhan dan bagi yang muslim disarankan untuk melafadzkan dzikir “yaa latifu yaa khabir”. Dan bila telah sampai di shelter usahakan segera mencari tempat perlidungan yang aman. Optimalkan momen saat kabut menipis untuk menentukan pilihan lokasi pemberhentian.

·         Menghadapi Embun atau ranting/rumput basah

Saat muncak di dinihari atau pagi hari banyak dijumpai embun atau sisa hujan yang menempel di daun, ranting dan dahan serta rerumputan. Bila tidak menggunakan gaiters dan raincoat maka tubuh akan kebasahan sama seperti terkena hujan. Jadi teknik untuk melewati embun atau air sisa hujan adalah dengan menghindari sumber bahaya (embun) dan memasang perlengkapan yang dibutuhkan.

·         Menghadapi Dingin

Rekayasa mindset dengan menerima dan menikmati dingin. Artinya dingin jangan dilawan langsung. Menghadapi dingin saat istirahat tentunya berbeda saat perjalanan. Saat istirahat tentunya berbekal sleeping bag dan matras maka dingin akan teratasi. Sedangkan diperjalanan tentunya harus memakai perlengkapan menghadapi dingin yakni jaket, sarung tangan, penutup kepala, penutup hidung dan mulut dan tentunya disarankan untuk membawa keril dalam perjalanan. Keril berfungsi penting untuk menghangatkan dan menjaga suhu tubuh ketika berjalan. Meski memberatkan tetapi beberapa kali keril menjadi penolong punggung dari dingin ketika menggapai puncak Semeru dan Rinjani, Arjuna dan lain-lain.

Hal lainnya untuk menghadapi dingin adalah menjaga pergerakan. Jangan terlalu lama berhenti bila istirahat. Selalulah bergerak agar pembakaran tubuh tetap berfungsi dengan baik. Poin penting lainnya adalah jangan sampai lambung kosong. Pastikan untuk memakan sesuatu setiap 30 menit – sejam ketika perjalanan dalam kondisi dingin. Minuman penghangat tentunya akan sangat membantu.

·         Hentikan pendakian jika cuaca memburuk

Jangan memaksakan keadaan, jika cuaca memburuk sebaiknya segeralah berhenti dan berteduh. Perlu diingat pula bahwa dalam mencari tempat berteduh selalu perhatikan hal-hal yang dapat membahayakan anda dari sambaran petir. Seperti misalnya tidak berteduh di bawah pohon yang berdiri sendiri, tidak berada pada aliran air dan tidak pada tempat yang terbuka karena hal-hal tersebut merupakan lokasi yang rawan terhadap sambaran petir.

Semoga bermanfaat.

Salam,

Sadar
 

 
 

Tidak ada komentar: