Umumnya
dalam musim basah (wet season) Taman
Nasional akan menutup sementara jalur pendakian. Sebagai contoh dari Januari
ini hingga 3 bulan ke depan TN Gede-Pangrango, TN Bromo Tengger Semeru dan TN
Rinjani telah menutup jalur pendakiannya. Hal ini dimaksudkan setidaknya untuk
menghindari kecelakaan pendakian dan untuk memberi kesempatan pada alam me-recovery
dirinya sendiri.
Namun,
tidak semua jalur gunung ditutup dimasa musim basah. Kadang diperparah juga
dengan adanya kenekatan pendaki karena pas memiliki waktu dan persiapan
mencukupi untuk melakukan pendakian di musim basah. Di bawah ini akan Beta
uraikan bagaimana rahasia sukses pendakian di musim basah.
·
Persiapan
dasar: fisik, mental dan gear
Wajib
hukumnya setiap pendakian yang dilakukan harus pada kondisi fisik dan mental bugar
dan ditemani gear yang prima. Untuk itu diperlukan kegiatan pra pendakian yang
berorientasi pada penguatan fisik dan mental. Bentuk latihan dalam intensitas
ringan menuju sedang adalah berjalan dan berlari dengan memakai sepatu gunung
yang dilakukan tidak hanya pada satu waktu. Artinya hari ini latihan jalan dan
lari pada pagi hari. Di waktu berikutnya di lakukan pada siang hari dan
selanjutnya pada malam hari. Siklusnya bebas. Terpenting semua waktu dilakukan.
Hal ini akan berguna karena mendaki gunung sangat situasional. Artinya
perjalanan tidak hanya dilakukan di pagi sampai sore hari. Sering pula
perjalanan dilakukan pada kondisi gelap dan bahkan pada dini hari. Variasi
latihan lainnya bisa dengan pembentukan/penguatan otot dengan melakukan angkat
beban seperti angkat burble untuk
menguatkan lengan dan kaki, panjat dinding dan push up harimau untuk menguatkan jemari dan berjalan dengan beban
di pundak untuk menguatkan punggung. Nah, tidak kalah penting adalah
mengumpulkan gear yang mendukung pendakian di musim basah seperti Sepatu (Waterproof/ Water Resistance), Gaiters, Keril, Ponco/raincoat, kantung plastik, cover bag, tenda/ tenda ber-vestibule
(berteras), flysheet, matras, kanebo
ataupun spons sebagai bahan penyerap air, tongkat pendakian (tracking
poll), pakaian pengganti, wind
breaker jacket, trash bag, korek anti air, termos, kaca mata badai, tissu,
sarung tangan, penutup hidung dan silahkan ditambahkan bila ada yang terlewat.
·
Menghadapi
Hujan
Banyak
yang merekomendasikan berhenti bila dalam perjalanan turun hujan. Terutama
mereka yang berbicara sedang dalam kondisi menikmati hangatnya Kota. Namun
dalam kenyataannya saat pendakian seringkali situasi tidak memungkinkan untuk
berhenti ketika perjalanan. Sebenarnya hujan sedikit banyak bisa diprediksi
sehingga akan lebih baik sebelum deras ponco/raincoat dan bag cover
telah dipasang. Jangan lupa gaiters.
Sebagai catatan saat memasang perlengkapan menghadapi hujan adalah pastikan
tempat sekeliling ketika berhenti, menurunkan keril dan memakai perlengkapan
menghadapi hujan dalam kondisi safety.
Saat
hujan perhatikan langkah dan jarak antar anggota kelompok pendakian. Jangan
sampai terpisah. Tanda utamanya segera berhenti bila rekan di belakang tak terlihat
dan mempercepat langkah dan teriak memanggil bila rekan di depan juga sudah tak
terlihat. Selain itu kurangi kecepatan untuk menghindari bahaya terpeleset.
Hindari pergerakan dengan berlari. Bila petir menyambar-nyambar dan posisi
sekeliling tidak ada yang lebih tinggi berjalanlah agak merunduk atau segera
memilih jalur yang lokasinya ada pepohonan atau bebatuan yang lebih tinggi tetapi jangan berada di bawahnya untuk
menghindari sambaran petir. Penting juga untuk dipastikan semua perangkat
elektronik dimatikan.
Selama
perjalanan salinglah mengecek kondisi raincoat
dan coverbag rekan pendakian untuk
memastikan tidak ada air hujan yang membasahi badan atau tembus ke keril. Bila
diprediksi hujan masih lama maka segera berhenti setelah menemukan tempat yang
aman untuk mendirikan tenda. Maksimal kehujanan tidak lebih dari 3 jam untuk
yang mengenakan perlengkapan dan tidak lebih dari sejam untuk yang tidak
menggunakan perlengkapan alias basah kuyup sejak pertama kehujanan. Bagi mereka
yang kebasahan karena tidak membawa raincoat
atau ponco pastikan kepala ditutupi dengan slayer
agar air hujan tidak jatuh langsung mengenai rambut/kulit kepala untuk
menghindari rasa pusing dan pingsan tiba-tiba.
Bagi
yang menguasai ilmu pernafasan dan tenaga dalam, selama berjalan upayakan untuk
membangun/menjaga panas tubuh dengan mengatur tempo langkah dan pernafasan
dengan irama tertentu. Upayakan pula untuk menyerap energi alam melalui
permukaan tangan.
·
Menghadapi
Badai
Deru
angin dan suara melengking akibat kecepatannya menabrak tebing dan pepohonan
serta lembah. Kalau dari Kalimati kita bisa melihat penampakan badai yang
menghempaskan pasir di kaldera Puncak Semeru. Namun jangan ragu dan bimbang
dengan situasi ini karena pendakian bisa tetap berlanjut. Menghadapi badai
diawali dengan memasang perlengkapan anti badai dengan memakai jaket wind breaker, kacamata, penutup hidung
dan mulut, sepatu, sarung tangan, tongkat dan lainnya. Setelah itu pastikan
arah angin/badai. Usahakan diposisi yang sama dengan jurang/tebing dengan arah
angin. Contoh badai dari timur dan jurang di arah barat jalur maka upayakan
untuk berada di jalur sebelah timur karena bila terhempas badai tidak akan
langsung jatuh ke jurang/tebing. Berjalan agak rendah. Tongkat akan sangat
membantu teknik berjalan agak rendah. Berjalanlah menyamping dari arah badai
agar mulut dan wajah tidak kering dan masuk angin. Maksimal perjalanan kena
badai adalah 3 jam. Dan setiap berhenti usahakan benar-benar menemukan tempat
perlindungan dan gunakan waktu istirahat tersebut untuk mengeluarkan angin yang
masuk ke tubuh saat perjalanan untuk menjaga kondisi prima. Caranya dengan
minum jahe hangat, mengolehkan minyak kayu putih dan bila menguasai pernafasan
dan tenaga dalam bisa menggunakan teknik pernafasan.
Bada
pasti berlalu. Artinya kita harus optimis dan tidak boleh takut. Kekuatan team
work sangat dibutuhkan. Jangan gunakan teknik saling mengikat sesama rekan
pendakian, tetapi berjalanlah dengan jarak rapat. Hindari teriakan bila
terpisah karena suara yang terdengar tidak akan sama persisi dengan sumber
suara karena terbawa angin. Tetapi gunakan media lain seperti cahaya,
menggerakkan ranting, berhenti menunggu atau turun kembali ke bawah.
·
Menghadapi
Kabut
Kabut
menyebabkan jarak pandang terbatas. Kandungan airnya bisa menganggu pernafasan.
Namun mendaki tanpa menemukan kabut agak hampa rasanya.
Kabut
tebal alangkah baiknya tidak menyurutkan bahkan menghentikan pendakian. Ibarat
teman, kabut merupakan salah satu teman setia para pendaki. Melewati jalur yang
berkabut adalah keniscayaan. Oleh karenanya menghadapi kabut adalah keharusan.
Pakai raincoat dan perlengkapan
seperti saat menghadapi badai. Bedanya kaca mata hanyalah opsi. Teknik
perjalannya juga tidak jauh berbeda yakni berjalan dengan jarak yang rapat dan
terpenting upayakan udara masuk ke hidung telah ter-filter oleh
slayer atau penutup hidung dan mulut
lainnya.
Kabut
sering dikaitkan dengan hal mistis seperti kehadiran danyang penunggu suatu
tempat. Oleh karenanya hindari berkata jelek/kotor, kurangi bersendau-gurau
agar konsentrasi dan fokus tetap terjaga. Jika mendaki sendiri dalam kondisi
berkabut usahakan untuk mengingat kebesaran Tuhan dan bagi yang muslim
disarankan untuk melafadzkan dzikir “yaa latifu yaa khabir”. Dan bila telah
sampai di shelter usahakan segera
mencari tempat perlidungan yang aman. Optimalkan momen saat kabut menipis untuk
menentukan pilihan lokasi pemberhentian.
· Menghadapi
Embun atau ranting/rumput basah
Saat
muncak di dinihari atau pagi hari banyak dijumpai embun atau sisa hujan yang
menempel di daun, ranting dan dahan serta rerumputan. Bila tidak menggunakan gaiters dan raincoat maka tubuh akan kebasahan sama seperti terkena hujan. Jadi
teknik untuk melewati embun atau air sisa hujan adalah dengan menghindari
sumber bahaya (embun) dan memasang perlengkapan yang dibutuhkan.
·
Menghadapi
Dingin
Rekayasa
mindset dengan menerima dan menikmati
dingin. Artinya dingin jangan dilawan langsung. Menghadapi dingin saat
istirahat tentunya berbeda saat perjalanan. Saat istirahat tentunya berbekal sleeping bag dan matras maka dingin akan
teratasi. Sedangkan diperjalanan tentunya harus memakai perlengkapan menghadapi
dingin yakni jaket, sarung tangan, penutup kepala, penutup hidung dan mulut dan
tentunya disarankan untuk membawa keril dalam perjalanan. Keril berfungsi
penting untuk menghangatkan dan menjaga suhu tubuh ketika berjalan. Meski
memberatkan tetapi beberapa kali keril menjadi penolong punggung dari dingin
ketika menggapai puncak Semeru dan Rinjani, Arjuna dan lain-lain.
Hal
lainnya untuk menghadapi dingin adalah menjaga pergerakan. Jangan terlalu lama
berhenti bila istirahat. Selalulah bergerak agar pembakaran tubuh tetap
berfungsi dengan baik. Poin penting lainnya adalah jangan sampai lambung
kosong. Pastikan untuk memakan sesuatu setiap 30 menit – sejam ketika
perjalanan dalam kondisi dingin. Minuman penghangat tentunya akan sangat
membantu.
·
Hentikan
pendakian jika cuaca memburuk
Jangan
memaksakan keadaan, jika cuaca memburuk sebaiknya segeralah berhenti dan
berteduh. Perlu diingat pula bahwa dalam mencari tempat berteduh selalu
perhatikan hal-hal yang dapat membahayakan anda dari sambaran petir. Seperti
misalnya tidak berteduh di bawah pohon yang berdiri sendiri, tidak berada pada
aliran air dan tidak pada tempat yang terbuka karena hal-hal tersebut merupakan
lokasi yang rawan terhadap sambaran petir.
Semoga
bermanfaat.
Salam,
Sadar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar