Data lama diatas diperbarui dengan berita kekinian
dimana banyak juga kita mendengar dan melihat di Media Massa tentang kecelakaan
dalam pendakian gunung. Mulai dari berita meninggalnya wakil Menteri ESDM
Widjajono Partowidagdo di Gunung Tambora Pulau Sumbawa, tragedi kecelakaan di
Gunung Merapi oleh mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, sampai tersesatnya
siswa SMAN 9 Yogyakarta, Pandu dan Koko yang diakibatkan oleh Badai di Gunung
Slamet, Jawa Tengah.
Berkaca dari kondisi diatas, postingan kali ini ingin
berbagi pemahaman berkaitan dengan salah satu cara untuk mencegah atau mengantisipasi
insiden pendakian (preventif), yakni menyusun Health&Safety Plan yang
terdokumentasi (H&S Documents). Artinya sebelum-dalam masa
persiapan-berangkat pendakian adalah waktunya menyusun Health&Safety Plan, mencakup mulai dari langkah
pertama (start dari sekretariat,
posko, rumah, dll), perjalanan menuju gunung, dan pendakian itu sendiri sampai
pulang kembali (tiba di langkah pertama).
H&S Documents untuk pendakian terinsipirasi dari
kegiatan proyek konstruksi, survey dan kegiatan sejenis yang mengharuskan
adanya dokumen tersebut sebelum kegiatan lapangan dilaksanakan untuk memberikan pemahaman yang baik berkaitan bahaya yang
dihadapi (awareness) dan bagaimana menghindari
dan mengatasinya (analyisis/assessment/management)
dan bila terjadi insiden (kecelakaan) tertera dengan jelas-nomor kontak dan alamat-kemana harus meminta pertolongan dan tentunya bagaimana
memberikan pertolongan pertama dan pengkondisian sebelum pertolongan utama
tiba. Penyusunan dokumen ini bisa menjadi tanggung jawab salah satu dari
anggota tim pendakian namun memahami dokumen ini adalah wajib bagi seluruh
anggota tim.
Saya belum mengembangkan template bakunya (Form), namun apa saja poin-poin utama dalam H&S Documents? Inilah
rincian prematur (artinya masih perlu ditambahkan dari rekans pembaca sekalian):
Form 1) Health and safety plan, mencakup informasi administratif
(nama/judul pendakian dan persetujuan orang tua, otoritas organisasi, sejenis),
deskripsi ringkas gunung tujuan, waktu, personil, konfirmasi kesehatan, logistik,
kesiapan porter dan guide (bila ada), aksesibiltas (via darat, air-laut,
sungai, kali-, udara), kontak darurat (rumah sakit, taman nasional/perijinan), konfirmasi kecukupan keuangan, obat-obatan (P3K), alat
komunikasi (satelit telephone is recommended), nomor kontak seluruh anggota tim
dan nomor kontak keluarga yang bisa dihubungi, protokol komunikasi (kapan akan
mengontak penanggung jawab keselamatan yang bertugas memantau pendakian dari
posko/sekretariat) untuk mengabarkan kondisi tim dll.
Form 2) Travel Risk Assessment (TRA) memahami potensi
resiko, bahaya dan bagaimana mengatasinya pada saat dalam perjalanan dari sekretariat/rumah
ke gunung dan sebaliknya (pulang dari gunung ke sekretariat/rumah); CEK
sepanjang perjalanan sampai desa terakhir seperti kriminalitas (perampokan, pencurian, dll),
kerusuhan atau daerah konflik, wabah penyakit, malaria, bila berkendara di
darat pastikan sopir beristirahat setiap 3 jam, resiko terkait bahasa-tradisi lokal, dan
lainnya.
Form 2) Task Hazard awareness/analysis/assessment/management
untuk memahami potensi resiko, bahaya dan bagaimana mengatasinya pada saat di gunung
(ingat materi tentang bahaya obyektif dan subyektif). Akan berbeda ragam bahaya
ketika mendaki gunung berapi aktif dengan gunung es. Gunung savanna dengan
gunung hutan pekat-basah. Apalagi ketika ada informasi baru saja terjadi kebakaran
di gunung yang dituju.
Form 3) Incident flow chart / emergency response plan
(ERP); berupa diagram alir ketika terjadi kecelakaan/kondisi darurat siapa yang
harus dihubungi pertama kali. Mengontak pertolongan pertama dan termasuk bagaimana
memberikan pengkondisian dan pertolongan pertama sampai pertolongan utama tiba.
Form 4) Itinerary baik rencana Itin-A, Itin-B, Itin-C
dan selanjutnya. Itinerary
biasanya dikembangkan dalam bentuk narasi dan tabel (baris dan kolom dimana
baris berisi hari dan tanggal sedangkan kolom berisi deskripsi detail tiap-tiap
kegiatan, jam, transportasi, nama penanggung jawab dan remarks. Salah satu
fungsi utama dari itinerary adalah bila tidak
kembali dalam sekian waktu sudah bisa diambil keputusan untuk dilakukan SAR
berdasarkan itinerary tersebut.