Jumat, 06 September 2013

Cara Mendaki yang Disebut Menikmati Alam

Seringkali penulis diprotes sebagai pendaki yang tidak menikmati alam karena mendaki jarang istirahat. Terus berjalan dan berjalan. Bahkan munculah berbagai kisah pemberontakan dan pembelotan dan juga penggerutuan terhadap kepemimpinan penulis dalam pendakian. Semua atas nama MENIKMATI PENDAKIAN!!

Apa sebenarnya yang mereka pikirkan tentang menikmati alam, menikmati pendakian? Penulis merasa aneh jika dikatakan bahwa model pendakian yang penulis lakukan tidak menikmati alam. Setahu penulis dari pengalaman mendaki beberapa tahun ini: PENDAKIAN PENULISLAH YANG PALING MENIKMATI ALAM!

Bayangkan, mereka yang berlama-lama terpasung di dalam kegelapan belantara yang kemana mata melihat yang terlihat hanyalah pohon, daun dan belukar. Kemudian cuma sebentar di puncak karena waktu habis diperjalanan karena kebanyakan istirahat bahkan tidur. Sedikit sekali mendapatkan kesan dari suasana alam.

Bandingkan dengan penulis berjalan cepat dan jarang istirahat di dalam kegelapan belantara untuk mencapai punggungan atau puncak bayangan yang indah atau di puncak tertinggi yang menawan dan berlama-lama menghabiskan waktu disana. Mengisi waktu dengan memasak, fotografi, menulis puisi, curhatan hati, merenung dan sebagainya.

Bayangkan juga, mereka yang cuma tahu bebatuan yang sama di sepanjang perjalanan dan tidak mencium harumnya belerang puncak atau bekunya dingin puncak karena waktu habis diperjalanan yang mengharuskan segera pulang ke rumah sebelum sampai ke puncak.

Bandingkan dengan penulis yang berjalan cepat untuk segera mencapai dan menghirup pekatnya kabut puncak. Membelai bebatuan purba di titik ketinggian. Oh betapa nikmatnya terpenjara dingin. Menikmati sirnanya cita-cita (ambisi). Untuk beberapa waktu kehilangan keinginan (bahagia).

2 hari 1 malam waktu pendakian

Pendakianku

Hari pertama : di sebuah sunset merah merona telah duduk di puncak bersama tenda dan segelas kopi

Malam Pertama : menikmati api unggun di puncak atau bermain kartu. Atau berkelakar sambil menikmati cahaya bulan dan kelap-kelip bintang (The sky on-off, on-off)

Hari Kedua : menunggu sunrise dari sebuah punukan bukit atau dari pecahnya awan sambil berfotografi ria. Melawan dingin pagi dengan pelukan sleeping bag. Ow betapa nikmatnya cara pendakianku

Pendakian mereka

Hari pertama : masih santai di jalur pendakian kemudian malamnya camping di salah satu sudut jalur yang cukup luas.

Malam Pertama : tidur dengan pulas karena kemalaman di jalan
Hari kedua : summit attact namun agak kesiangan bangunnya karena menikmati alam alias bersantai ria dan sampai puncak menjelas siang dan matahari sudah tidak enak untuk diajak berteman. Tak lama di puncak, harus segera turun karena malam ini mama nunggu di rumah, wkwkwkwkwkwkwkkk !!!!!!!!!
 

Tidak ada komentar: