Selasa, 17 Januari 2017

Tips and Trik Pendakian dalam Keadaan Berpuasa

Sembari menikmati debat Capres 2014 yang disiarkan langsung oleh beberapa TV nasional tulisan ini mulai dibuat. Entahlah, tiba-tiba ada dorongan untuk menuliskan perihal tips and trik pendakian di bulan Ramadan atau mendaki dalam keadaan menjalankan ibadah puasa. Tips dan trik ini ditulis berdasarkan pengalaman dari pendakian yang penulis lakukan dimana dalam keadaan berpuasa. Selain itu juga membaku-padankan dari pengetahuan gizi dan kesehatan serta pengamalan pendaki lain yang pernah mendiskusikan hal ini dengan penulis. Jadi ini semacam lesson learned dan best practice yang sudah pernah berhasil dipraktekkan. 

Setidaknya ada 3 pendakian yang penulis nukilkan dalam tulisan ini sebagai lesson learned dan best practices yakni pendakian spiritual di gunung Penanggungan/Pawitra pada tahun 2008, pendakian Semeru untuk melakukan upacara 17 Agustus 2010, dan Pendakian Gunung Arjuno pada bulan Agustus 2013 dalam rangka untuk memberi nama anak yang kemudian lahir pada 30 Nopember 2013. Tips dan triknya sebagai berikut:
 

1. Optimalkan sore hari setelah setengah hari digunakan untuk perjalanan menggunakan kendaraan menuju basecamp

Strategi ini penulis terapkan ketika sampai di basecamp Ranupani pada siang hari saat akan mendaki Semeru dan ketika pendakian gunung Arjuno. Matahari sore sudah cukup teduh apalagi perjalanan diantara pepohonan sepanjang jalur yang melindungi dari panas dan sangat membantu mengurangi dehidrasi. Begitu sudah loyo, waktunya sudah dekat dengan bedug maghrib. Saat itu benar-benar bertepatan menjelang maghrib saat tiba di Ranukumbolo (Semeru) dan di Kop-kopan saat mendaki Arjuno dari jalur Tretes.


2. Malam yang menguntungkan untuk summit attack

Pada pendakian gunung Penanggungan, penulis dan tim memilih waktu malam sesaat setelah shalat Tarawih di masjid terdekat dengan basecamp Tamiajeng (disini ada Mushalla dan Warung). Hampir tidak kendala berarti terkait dengan tenaga dan rasa lapar ketika summit attack ke Penanggungan dimana dilakukan pada malam hari yang notabene bisa makan dan minum kapan saja. Hal berbeda adalah ketika di Semeru, sebelum tiba di puncak ternyata waktunya sahur tinggal tersisa 30 menit. Jadi penulis berhenti terlebih dahulu untuk makan dan minum sahur. Saat itu ada teman yang kaget ketika tahu masih ada orang yang berpuasa saat mendaki Semeru. Sampai-sampai keluar selorohan bahwa ane jadi satu-satunya penggapai Puncak Semeru dalam kondisi berpuasa.

3. Gunakan sepanjang hari ini untuk menggapai pos terakhir

Mendaki ketika berpuasa sangat tidak dianjurkan untuk memforsir tenaga. Bila mulai lelah langsung berhenti dan beristirahat. Jangan sampai menunggu hingga drop baru istirahat. Tanpa makan dan minum, tubuh akan sulit me-recovery kondisi drop tersebut. Optimalkan waktu yang panjang di sepanjang hari ini (± 12 jam atau durasi jam 6 pagi sampai 6 sore) untuk menggapai pos terakhir.

4. Tempat teduh

Ketika beristirahat carilah tempat yang teduh agar tubuh tidak mengalami penguapan yang berlebihan. Hindari memakai pakaian yang tebal dan menutup seluruh tubuh bagi pendaki pria. Karena pakaian tebal dan menutup seluruh tubuh juga memicu keluarnya keringat yang berlebihan. Dan ini akan berdampak pada hilangnya cairan tubuh yang memicu dehidrasi.


5. Kurangi bahkan tiadakan nafas dari mulut karena menyebabkan mulut kering dan cepat haus

Pernafasan dari mulut juga berbahaya akan masuknya debu dan bahan berbahaya lainnya dalam tubuh kita terutama di musim kemarau atau saat kabut tebal. Beda ketika bernafas dengan hidung. Hidung memiliki mekanisme penyaringan yang memadai dari bahaya masuknya debu, uap air dari kabut dan zat berbahaya lainnya.

6. Kurma saat buka puasa dan makan sahur

Untuk memudahkan pengembalian tenaga dan mengefektifkan waktu memasak maka makanlah kurma atau semacamnya sembari menunggu makanan berat lainnya siap untuk disantap. Sebagai contoh ketika sahur saat dalam perjalanan menggapai puncak Semeru maka tidak memungkinkan
penulis memasak buat makan sahur di ketinggian lebih dari 3,000 mdpl dan kemiringan (elevation) kira-kira 45 derajat. Jadi penulis sahur dengan menggunakan buah kurma dan roti serta susu.

7. Tanggalkan beban (keril dan bawaan lainnya ketika berhenti atau istirahat) untuk menghemat tenaga.
Di pendakian lain yang tidak dalam kondisi berpuasa, penulis biasanya malas menanggalkan keril ketika beristirahat atau berhenti. Artinya keril (juga tas kamera) selalu nongkrong membebani tubuh. Tetapi demi menghemat tenaga maka ketika beristirahat saat mendaki dalam keadaan berpuasa maka tas kamera dan keril akan langsung penulis tanggalkan.

8. Dzikrullah dengan asma’ul husna dan kalimat-kalimat pilihan
Penulis meyakini dengan selalu menyebut namaNya di sepanjang perjalanan walau dalam hati akan membangkitkan kekuatan lahir dan batin untuk suksesnya menggapai sebuah puncak impian. Untuk asma’ul husna, penulis banyak menyebut, “ya Qawiyyu ya Matiin” dan menlafadzkan "Allahuakbar" ketika berhadapan dengan tanjakan.

9. Kapan memutuskan berhenti untuk berpuasa?
Tanda-tanda tidak kuat berpuasa (menuju akan sakit) adalah ketika malam tidak bisa tidur dan terjadi radang tenggorakan dan disertai gejala demam. Kondisi ini wajar karena ketika siang hari berpeluh keringat dalam tanjakan perbukitan namun tidak ada suplai air dan makanan yang masuk ke lambung karena sedang berpuasa. Ini artinya jangan dilanjutkan puasanya agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan ketika mendaki seperti jatuh sakit. Ingat kesehatan dan keselamatan adalah hal utama. Abaikan ego untuk membuktikan menjadi pendaki hubat dan kuat serta bahwa mendakipun bisa tanpa meninggalkan ibadah puasa.

Bagi yang berencana akan mendaki di bulan Ramadan tahun ini, penulis ucapkan sukses dan selamat mencoba tips dan trik ini. Silahkan ditambahkan bila ada yang perlu dibenarkan atau ada yang perlu ditambahkan. Semoga tulisan ini bermanfaat dan menjadi sumber amal kebaikan penulis. Amin ya Rabb.
foto: Sahur di Puncak Penanggungan

1 komentar:

pendakirewel mengatakan...

Ramadhan has come, we often find the atmosphere of the fasting month synonymous with the views of limp and lackluster. But there are a handful peoples who even fasting but stay fit and fresh. What is the secret?What a joy when we are doing this noble warship, we can still carry out daily activities fit as fiddle. For some people who in everyday home lounging or sleeping fasting may not be hard. What about us who doing regular working day with stand thirst?
6 Tips for Healthy Fasting
1. Drink enough waterHydration is the most important thing during fasting. After breaking the fast, you have to drink in a large quantity. You can calculate your drink needed and fulfilled that when sahur and breaking.
2. Eating healthyYou should apply healthy diet at the time of breaking the fast. Do not over consume fries and sweet foods in large quantities. Consider eating dates that can recharge your energy quickly. Consume more fruits in the breaking time.
3. Do not directly breaking in a large portionStart breaking with sweet fruits as energy from fruits more easily to be metabolized by our body. You can continue breaking with soup or other appetizers and wait until our body fully absorb that (averagely 1-2 hours) before eating the main course.
4. Do not eat too muchBreaking the fast should not be synonymous with overeating. Overeating not only interfere our body metabolism, it also makes us sleepy.
5. Diabetic PatientDiabetic patients should continue to control their blood sugar levels because of diabetes drugs consumed prior adjusted to the daily diet on a regular day.
6. Medical Treatment.Do not stop the medical treatment given by a physician without prior consultation.
Let’s keep our body healthy and fresh despite being fasted