Selasa, 14 Oktober 2008

Renungan Ramadan 1429 H

Bismillah!
Mengapa setiap kejadian selalu memberikan pelajaran bagi makhluk yang berpikir?
Karena makhluk yang berpikir adalah makhluk terbaik.

Allah SWT adalah Tuhan Yang Maha Teliti. Tiada satupun yang terlewat dari segala perhitunganNya.
Kesalahan besar bagi penganggap segala peristiwa adalah kumpulan serpihan-serpihan kejadian
yang berupa bentuk kebetulan. Pendapat yang diprakarsai penganut evolusi Darwin laknattullah 'alaih.

Mengapa hidupku seperti ini? Setiap detik waktu kuhabiskan dalam lamunan pencarian makna hidup.
Segala peristiwa yang bertautan beraturan maupun acak sungguh menggerakkan nurani untuk selalu beranalisis.
Tidak terhitung segala yang tiba kemudian beranjak terlupa sehingga tepatlah jika aku adalah lebih hina
dari keledai. Tak mampu mengambil hikmah perjalanan hidup.

Sudah menjadi iradahNya manusia akan selalu dijejali dengan permasalahan. Setiap dimensi ruang dan waktu
adalah manifestasi dari segala permasalahan dengan sudut pandang manusia masing-masing. Layaklah jika otak
ini begitu tumpul karena segala data yang tersaji tak mampu merangkum pengetahuan secara menyeluruh.
Aku tetap aku 25 tahun yang lalu (24 Desember 1982).

Ampunilah aku Tuhan!
Ramadan kali ini pun tak mampu mentransformasi kehambaanku dan kemanusiaanku. Hamba ini masih digelayuti
kecongkakan dan keangkuhan setiap melihat ciptaanMu yang lain. Mata ini begitu tajam menyaksikan itu semua.
Senyuman sinis selalu menghiasi wajah-wajah keseharianku. Sungguh aku adalah kawan sejati Iblis laknattullah 'alaih.
Kabar yang beredar. Aroma yang berembus. Bisikan yang menyalakan hasrat. Semua keinderaan melahirkan persepsi
negatif terhadap segala persoalan. Yang dermawan tak lebih baik dari si kikir. Yang berilmu tak berubah jauh
dari pada yang sedikit wawasannya.

Suatu ketika aku membaca dan aku pun terenyuh oleh realita bacaan itu.
Pada waktu tertentu aku melihat dokumentasi dan hatiku hancur oleh kesewenangan takdir hidup.
Hari ini aku merasa geram dan jengkel terhadap segala yang menyertai perjalananku.
Ketamakan yang kubenci. Kekikiran yang selalu kucaci. Menganugerahkan aku jiwa kepengecutan.
Pandir aku jadinya. Hanya mengkritik. Lebih sering mencemooh dan menggunjing atas tindakan seseorang.
Itu membuatku semakin jauh dari fitrah lahir batinku yang suci dan penuh tanggung jawab.
Aku heran dan terus bertanya apa gerangan ini!

Tidak ada komentar: