Senin, 04 November 2013

Gunung Semeru 17 Agustus 2009

Aku melihat sebuah perjalanan singkat namun cukup melelahkan dan harus dipaksakan demi sebuah pencapaian dan anggapan-Istiqomah 17-an ke Semeru. Prosedur rendah menjadi manusia di antara manusia. Mengukuhkan eksistensi dengan cara naif dan memuakkan. Menjadi pendaki nomor wahid.
16 Agustus 2009
Jam menunjukkan pukul 06.00 WIB saat kami berdua (Aku dan Santo) berangkat dari Surabaya menuju Tumpang Malang, tempat perijinan pendakian gunung Semeru dengan mengendarai sepeda motor. Di tengah perjalanan kami sempatkan sarapan di Tumpang dan pada pukul 08.30 WIB kami telah berada di Kantor Perijinan Taman Nasional Bromo Tengger dan Semeru. Saat jam menunjukkan pukul 10.30 WIB kami telah berada dalam perjalanan menuju Ranukumbolo setelah registrasi ulang di Kantor Perijinan masuk Gunung Semeru, desa Ranupane.
Kami berdua begitu bergegas dalam menempuh perjalanan ini. Kami tidak pernah istirahat dengan duduk mengingat kami memiliki waktu yang sangat singkat untuk bisa sampai di Arcopodo. Tepat pukul 12.30 WIB kami telah sampai di Ranukumbolo. Dan pukul 13.30 WIB kami telah dalam perjalanan menuju Kalimati setelah makan siang. Jam 16.00 WIB kami telah sampai di Kalimati. Kami langsung menerobos penjagaan tanpa lapor terlebih dahulu karena khawatir tidak akan mendapatkan ijin mengingat kami tidak mendapatkan kuota muncak pada tanggal 17 Agustus. Kami lolos dan sampai di Arcopodo pukul 17.00 WIB. Setelah sejam mencari Om Jawul dan rekan-rekan maka kami putuskan untuk mendirikan tenda mengingat lelah telah mendera tubuh dan jiwa kami. Kami pun berasumsi mungkin besok di puncak kami akan bertemu dengan mereka.
Dini hari, tepatnya pukul 03.00 WIB kami berdua memulai summit attack. Dan pada pukul 05.00 kami telah sampai di puncak. Kami santai menunggu sunrise di puncak dan juga menunggu upacara peringatan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus dimulai.
Untuk mengisi waktu luang aku berfoto-foto sambil mencoba menjadi presenter sungguhan dengan meminjam mic reporter SCTV yang sedang meliput acara di puncak Semeru. Saking percaya dirinya sampai ada pendaki lain yang ketipu dan sungguh-sungguh dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang kubuat seperti wawancara televisi.
Pukul 07.30 WIB upacara Peringatan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 2009 dimulai dan selesai dengan hikmat. Tidak menunggu lama kami berdua turun karena rekan-rekan yang kami cari (Om Djaweol dkk) tak juga ketemu. Kami berdua benar-benar merasa ada yang kurang dengan tidak adanya rekan-rekan yang sudah janjian sebelumnya. Dimana ya mereka?
Jam 09.30 WIB kami telah sampai di Kalimati. Ternyata di tempat ini baru akan dimulai upacara Peringatan Kemerdekaan 17 Agustus.
Aku begitu surprise dengan respon pertemuan dengan rekan-rekan yang ternyata semalam ngecamp di Kalimati. Indra dan kawan-kawan memperlakukanku seperti selebritis. Minta foto bersama, tanda tangan dan mengerubutiku xixixxiiiii. Padahal di belakang kami berbaris ratusan pendaki yang bersiap mengikuti upacara. Hahaa… Cuek abis…
Karena lama menunggu kagak dimulai juga upacaranya aku dan santo cabut hendak pulang.
Setelah perjalanan sejam sampailah kami di Oro-oro Ombo. Kami berdua istirahat santai di bawah pohon. Kemudian datang pendaki lain. Mereka juga beristirahat di tempat ini. Tapi ada satu pendaki yang sangat kukenal. Setelah kuamati ternyata si Wulan. Anak Lawalata IPB, rekan mendaki Gede-Pangrango. Begh… dia tidak mengenaliku padahal aku duduk di depannya. Aku diam saja tapi terus menatapnya berharap dia mengingatku. Setelah 15 menit benar juga dia menatap tajam ke arahku. Dan ketika kaca mata yang kupakai kulepas dia langsung teriak. “IPULLLLLLLLL!!!!!!!!!!!!”
Hampir satu jam kami dalam gemuruh canda dan tawa sampai-sampai kulihat pendaki yang lain pada heran pisan. Keliatan kami sudah berkawan puluhan tahun yang lalu dan puluhan tahun juga tidak bertemu. Akhirnya perjumpaan ini harus berakhir. Kami harus melanjutkan perjalanan. Aku turun dan Wulan melanjutkan pendakian. Bye sobat!
Kami melanjutkan perjalanan dari Oro-oro Ombo, tembus Ranukumbolo-tidak berhenti-dan sore hari telah sampai di Ranupani. Di sepeda motor kami temukan pesan singkat dari kawan-kawan yang ternyata merasa sangat kecewa karena tidak bisa muncak Semeru. Mungkin tahun depan Semeru akan lebih bermurah hati.
Aku dan Santo meluncur ke Kepanjen Malang dimana kawan-kawan tim Pelatihan TSSM sudah menunggu.

Tidak ada komentar: