Tiba di Bali pada Jumat petang (06/02/2015) kami bertiga dijemput
keluarga Bali yang berdomisili di Canggu. Jumat malam kami manfaatkan untuk
persiapan pendakian besok yang rencananya akan berangkat pada pukul 5 waktu
Bali.
Sabtu (07/02/2015) pukul 3 pagi waktu Bali kami telah
terbangun. Setelah persiapan selesai, tepat pukul 5 kami telah berada dalam
perjalanan menuju Desa Batur, Kecamatan Kintamani. Setelah 2 jam perjalanan
sampailah kami di Kintamani. Dikarenakan Driver-nya belum pernah mengantar
orang ke titik lokasi pendakian maka kami pun bertanya pada orang yang kami
temui di Kintamani. Dengan berbekal nama Pura Djati, akhirnya kami sampai di
parkiran dan sekaligus loket perijinan pendakian Gunung Batur. Setelah sarapan
dan berurusan dengan MCK, pukul 8 pagi kami memulai pendakian.
Sepanjang perjalanan kami temui kebun sayur, petaninya dan
para turis serta guide-nya yang dalam perjalanan turun. Memang momen yang tepat
untuk pendakian Gunung Batur adalah saat dinihari tepatnuya jam 3 atau jam 4
sehingga pas di atas dapat bertemu dengan view sunrise.
Setelah perjalanan 3,5 jam sampailah kami di warung dengan
bangunan yang sangat kokoh karena berdinding semen. Disini view Gunung Batur
tampak sempurna pesonanya. Sisi timur menghadirkan pemandangan Danau Batur. Sisi
selatan menampakkan hitamnya batuan beku dari lelehan lahar dimana di tengahnya
terdapat hijaunya pepohonan yang oleh Mamanya Juna dikomentari seperti pulau
terapung di tengah laut hitam.
Mamanya Juna dan sepupunya ingin pendakian Gunung Batur
hanya sampai disini. Lelah dan hari yang sudah siang menjadi alasannya. Namun,
mengingat janji pada Juna bahwa pendakian kali ini harus menggapai puncak maka
diputuskan Juna dan Papanya yang akan melanjutkan perjalanan ke puncak. Baru beberapa
langkah, Juna menangis kencang karena tidak melihat Mamanya ikut. Mendengar Juna
menangis maka Mamanya terlihat keluar dari warung dan memutuskan untuk ikut
mendaki ke puncak.
Perjalanan ke puncak benar-benar mendebarkan. Jalur berpasir
membuat langkah kaki menjadi berat. Kehati-hatian sangat diperlukan mengingat
ada bayi yang digendong. Belum lagi ada kabut tebal dan hujan mulai turun. Beruntung,
dengan semua keadaan ini Juna tidak terpengaruh. Bahkan sempat tertidur,
kemudian bangun dan minum ASI. Juga sempat tersenyum pada kamera yang merekam langkah
kaki di puncak Gunung Batur.
Setelah
sejam lebih berjalan akhirnya tempat yang dituju terpijak juga. Alhamdulillah,
Juna akhirnya mendapatkan puncak pertamnya setelah sebelumnya ‘hanya’ sampai di
Kawah Idjen dan Kawah Ratu Gunung Salak. Setelah mengambil beberapa gambar dan
video kami bertiga memutuskan turun. Gangguan monyet dalam jumlah puluhan
menjadi penyebabnya. Mereka sempat mengambil biskuit Juna. Hujan yang turun
tidak kami hiraukan menjadi teman dalam perjalanan turun ini.