Jumat, 19 Desember 2014

MENAMPAR PIPI sendiri sebagai Pendaki Gunung


Di sebuah puncak gunung tiba-tiba saya ingin berontak. Berteriak lantang dengan suara makian dan tangan menampar kedua pipi ini. Memanfaatkan diamnya angin dan dinginnya puncak gunung untuk menyiksa jasad dan jiwa ini. Menampar sampai merah, lebam dan bengkak. Berkali-kali. Tak terhitung. Inilah TAMPARAN saya pada PIPI ini.

1.       KAMU hanya gagah dan sesumbar di belantara dan ketinggian tapi melempem di perkotaan (dataran rendah).

2.       Visi dan misi KAMU hanya jelas untuk mencapai puncak tetapi kabur dalam menggapai masa depan.

3.       Sok mengkritik kebijakan pemerintah terkait konservasi alam, tapi dari cara membuang sampah di sepanjang pendakian saja sudah jelas KAMU adalah PENYAMPAH!

4.       Bangga bisa memiliki dan menggunakan outdoor gear canggih tapi gaptek menggunakan computer/laptop/alat kerja buat menopang pekerjaan KAMU.

5.       Jago berkomunikasi dengan alam-membaca arah mata angin, memprediksi datangnya badai, dan jago mencari jejak-TETAPI GAGAP ketika harus menyakinkan atasan di tempat kerja.

6.       Malas basa-basi dengan orang yang tidak dikenal ketika di kota dan hanya bersemangat menyapa ketika di gunung? Ingat banyak orang angkuh yang mati kelaparan, terluka karena kecelakaan dan kejahatan di kota karena PASTINYA orang kota malas menolong ORANG ANGKUH.

7.       Jadi pendaki senior, jangan bangga bisa memBULLY pendaki junior karena 10 tahun lagi kamu bakalan minta dituntun atau dibawakan sebagian logistikmu ketika mendaki karena lututmu sudah mendendangkan suara “uklik-uklik!”

8.       Tidak usahlah sok hebat menyuruh Menteri Kehutanan berani sama cukong-cukong perusak hutan kalau kamu ketemu dan diskusi sama anak-anak Cukong itu di Kampus tempatmu menimba ilmu saja sudah tergagap-gagap.

9.       Prajurit kita tidak takut dengan Amerika kalau KAMU bisa melampaui pendaki-pendaki dunia dalam misi pencapaian atap-atap dunia.

10.   Tidak perlu beretorika menentang korupsi kalau kamu masih titip absen sama temen saat mendaki gunung.

11.   Pejabat kadang meluncurkan program tanpa didasari studi yang serius dan komprehensif sehingga hasilnya kacau balau. Sama kayak KAMU yang mendaki tanpa mempelajari medan-hanya berbekal info dari mbah google sehingga SALBUTlah pendakianmu.

12.   Ngomongnya seribu gunung tetapi semua di kakinya. Cobalah mulai menceritakan sebuah puncak gunung pencapaianmu!

13.   Sebentar-sebentar bilang tiada manusia yang kuat kecuali Tuhan. Tiada manusia yang pintar karena Tuhan Maha Mengetahui. Kapan kamu akan mengucapkan “Segala daya upaya adalah dariNYA” ketika kamu berada di puncak impianmu dan “Dialah segala sumber pengetahuan dan cahaya pemahaman” ketika kamu telah menggenggam ijasah sarjanamu atau memenangkan medali Olimpiade?

14.   Kamu begitu galak pada sesama pendaki. Melihat mereka mengambil bunga eidelweis, kamu rendam mereka di Ranukumbolo hingga menggigil. Hipotermia. Kamu tertawa dan menepuk dada bangga karenanya (sebagai pejuang lingkungan). Tetapi kamu berwelas asih pada SPG DJARUM, MARLBORO, GUDANG GARAM, perusak kesehatan sahabat kamu, saudara kamu, bayi-bayi kamu dan orang-orang yang kamu cintai. Padahal eidelweis itu hanya abadi bila bunganya dipetik. Jika bunga itu dibiarkan di tangkainya maka akan layu, menghitam dan jatuh ke tanah menjadi humus kembali.

15.   ??
Kedua ‘tangan’ ini sudah tak bertenaga lagi untuk ‘menampar’ kedua pipi yang telah merah menyala, lebam membiru, dan bengkak merona. Adakah ‘tangan-tangan’ lain yang suka rela melanjutkan ‘tamparan’ ini?

Tidak ada komentar: