Di sebuah puncak gunung tiba-tiba saya ingin
berontak. Berteriak lantang dengan suara makian dan tangan menampar kedua pipi
ini. Memanfaatkan diamnya angin dan dinginnya puncak gunung untuk menyiksa
jasad dan jiwa ini. Menampar sampai merah, lebam dan bengkak. Berkali-kali. Tak
terhitung. Inilah ‘TAMPARAN’ saya pada ‘PIPI’ ini.
1.
KAMU hanya gagah dan sesumbar di
belantara dan ketinggian tapi melempem di perkotaan (dataran rendah).
2.
Visi dan misi KAMU hanya jelas
untuk mencapai puncak tetapi kabur dalam menggapai masa depan.
3.
Sok mengkritik kebijakan
pemerintah terkait konservasi alam, tapi dari cara membuang sampah di sepanjang
pendakian saja sudah jelas KAMU adalah PENYAMPAH!
4.
Bangga bisa memiliki dan
menggunakan outdoor gear canggih tapi gaptek menggunakan computer/laptop/alat
kerja buat menopang pekerjaan KAMU.
5.
Jago berkomunikasi dengan
alam-membaca arah mata angin, memprediksi datangnya badai, dan jago mencari
jejak-TETAPI GAGAP ketika harus menyakinkan atasan di tempat kerja.
6.
Malas basa-basi dengan orang yang
tidak dikenal ketika di kota dan hanya bersemangat menyapa ketika di gunung?
Ingat banyak orang angkuh yang mati kelaparan, terluka karena kecelakaan dan
kejahatan di kota karena PASTINYA orang kota malas menolong ORANG ANGKUH.
7.
Jadi pendaki senior, jangan bangga
bisa memBULLY pendaki junior karena 10 tahun lagi kamu bakalan minta dituntun
atau dibawakan sebagian logistikmu ketika mendaki karena lututmu sudah
mendendangkan suara “uklik-uklik!”
8.
Tidak usahlah sok hebat menyuruh Menteri
Kehutanan berani sama cukong-cukong perusak hutan kalau kamu ketemu dan diskusi
sama anak-anak Cukong itu di Kampus tempatmu menimba ilmu saja sudah
tergagap-gagap.
9.
Prajurit kita tidak takut dengan
Amerika kalau KAMU bisa melampaui pendaki-pendaki dunia dalam misi pencapaian
atap-atap dunia.
10.
Tidak perlu beretorika menentang
korupsi kalau kamu masih titip absen sama temen saat mendaki gunung.
11.
Pejabat kadang meluncurkan program
tanpa didasari studi yang serius dan komprehensif sehingga hasilnya kacau balau.
Sama kayak KAMU yang mendaki tanpa mempelajari medan-hanya berbekal info dari mbah
google sehingga SALBUTlah pendakianmu.
12.
Ngomongnya seribu gunung tetapi
semua di kakinya. Cobalah mulai menceritakan sebuah puncak gunung pencapaianmu!
13.
Sebentar-sebentar bilang tiada
manusia yang kuat kecuali Tuhan. Tiada manusia yang pintar karena Tuhan Maha
Mengetahui. Kapan kamu akan mengucapkan “Segala daya upaya adalah dariNYA”
ketika kamu berada di puncak impianmu dan “Dialah segala sumber pengetahuan dan
cahaya pemahaman” ketika kamu telah menggenggam ijasah sarjanamu atau
memenangkan medali Olimpiade?
14.
Kamu begitu galak pada sesama
pendaki. Melihat mereka mengambil bunga eidelweis, kamu rendam mereka di
Ranukumbolo hingga menggigil. Hipotermia. Kamu tertawa dan menepuk dada bangga
karenanya (sebagai pejuang lingkungan). Tetapi kamu berwelas asih pada SPG DJARUM,
MARLBORO, GUDANG GARAM, perusak kesehatan sahabat kamu, saudara kamu, bayi-bayi
kamu dan orang-orang yang kamu cintai. Padahal eidelweis itu hanya abadi bila
bunganya dipetik. Jika bunga itu dibiarkan di tangkainya maka akan layu,
menghitam dan jatuh ke tanah menjadi humus kembali.
15.
??
Kedua ‘tangan’ ini sudah tak bertenaga lagi untuk
‘menampar’ kedua pipi yang telah merah menyala, lebam membiru, dan bengkak
merona. Adakah ‘tangan-tangan’ lain yang suka rela melanjutkan ‘tamparan’ ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar