Era multi,
parallel, dan simultan kemajuan di segala bidang dan aktivitas ditandai dengan persaingan
dan kemudahan akses untuk mendapatkan segala sesuatu telah merambah dunia
persilatan pendakian gunung. Masa ini menghasilkan jumlah pendaki yang sebelumnya
mengikuti deret hitung kini menjadi deret ukur. Buktinya, tidak hanya pada
momen tertentu saja seperti 17-an Agustus, gunung-gunung yang begitu luas
seakan-akan tidak mampu lagi menampung para pendaki. Saat akhir pekan dan/atau
ada hari libur nasional bisa dibaca bahwa lalu lintas jalur pendakian akan
disesaki pergerakan para pendaki. Pendakian gunung telah menjadi gaya hidup (life style) yang terus menjamur bak di
musim hujan.
Fakta ini
tentunya adalah berita baik bagi mereka yang selalu mempromosikan tentang
pentingnya pendakian untuk memproduksi generasi penerus bangsa yang kuat secara
fisik dan mental. Kokoh dari sisi kepemimpinan dan taktis dalam pergerakan
individu. Namun di sisi lain, tinggalan sampah dan kerusakan alam sangat
mengkhawatirkan. Walaupun kemudian banyak bermunculan aktivis dengan aksi-aksi
yang tak kenal lelah mengangkut sampah turun ibarat hujan sehari mengobati kemarau
sepanjang tahun.
Tulisan ini tidak
akan membahas lebih jauh mengenai deret ukur jumlah pendaki, sampah dan kerusakan
alam yang ditimbulkannya seperti yang dipaparkan dalam 2 paragraf di atas. Esai
ini ingin mengulas salah satu tujuan yang ingin dicapai oleh para pendaki,
yakni menjadi manusia yang unggul yang ditandai dengan kepercayaan diri. Mereka
berbicara, berpenampilan dan berperilaku dengan mengesankan. Manusia dengan
tanda-tanda tidak ada guratan ketakutan, kepanikan dan kekhawatiran dalam
hidupnya. Manusia yang bercirikan tidak ada garis kesedihan di wajah dan
matanya. Ini persis sebagaimana diberitakan dalam Al Quran Surat Yunus Ayat
62-63.
“Ingatlah, sesungguhnya para wali-wali Allah
Mereka tidak merasa takut dan tidak pula merasa sedih. Yaitu orang-orang yang
beriman lagi bertaqwa”. (Yunus: 62-63)
Astaga, ternyata para
pendaki bertujuan untuk bisa selevel wali, setidaknya dalam sikap mental mereka
karena derajat di SisiNYA adalah rahasiaNYA. Bagaimana caranya untuk mencapai
sikap mental selevel wali? Dibawah ini beberapa rahasia untuk menjadi pendaki
yang percaya diri.
1.
Jujur
dan Malu
Kunci pertama untuk meraih
kepercayaan diri adalah jujur terhadap orang lain dan diri sendiri. Kejujuran
akan menarik kepercayaan baik dari orang lain dan diri sendiri. Sedangkan malu
berbuat tidak benar akan menjaga diri dari sifat ketidakjujuran dan ketidakkepercayaan
diri itu sendiri.
2.
Menghormati
dan menemukan hikmah (makna tersirat) dari kearifan lokal dan mitos yang
ditemui di gunung
Ciri khas pendaki gunung
adalah bijak, rendah hati dan mampu bergaul dengan masyarakat lokal. Pendaki
harus menghormati kearifan lokal dan mengambil hikmah dari mitos-mitos dan
bukan menghardik warga lokal atau pendaki lain yang menyampaikan adanya mitos
dan kearifan lokal tersebut. Dan mampu memberikan penafsiran yang tepat ketika
ada pertanyaan dari pendaki lain .
3.
Mengendalikan
diri untuk tidak selalu terbawa arus mainstream baik dari segi fashion, gear, cara pendakian dan pembawaan diri.
Akan semakin baik untuk kepercayaan diri bila mampu menemukan ciri khas dari
segi fashion, gear, cara pendakian
dan pembawaan diri dengan catatan tidak merusak/merugikan diri sendiri.
4.
Mengutamakan
kelestarian alam, keselamatan, kebersamaan dan memitigasi dampak yang
ditimbulkan dari aktivitas pendakian yang dilakukan. Tipis sekali membedakan
antara nekat dan pemberani. Namun nafas dan langkah safety yang akan menunjukkan perbedaan keduanya.
5.
Menambah
dan terus mengupayakan peningkatan kemampuan sebagai seorang pendaki dan
menjadikannya sebagai tujuan utama dari setiap kegiatan pendakian (bukan hanya
puncak gunung). Termasuk memperluas jaringan baik individu dan organisasi
sesama penggiat gunung dan belantara.
Dahulu mungkin dibutuhkan
waktu bertahun-tahun untuk seorang pendaki memiliki pengetahuan, ketrampilan,
pengalaman, peralatan dan jaringan yang memadai. Seratus delapan puluh derajat
berbeda dengan saat ini dimana pengetahuan dan informasi bisa dengan mudah
diakses entah dari searching engine semacam google, yahoo dan youtube atau
melalui komunitas-komunitas yang ada. Beberapa Taman Nasional juga telah
merilis situs di internet seperti www.gedepangrango.org , www.bromotenggersemeru.org , www.tnrinjani.net ,
www.gunungleuser.or.id , www.halimunsalak.org , www.tngunungmerapi.org , dan lain-lain.
6.
Mengoptimalkan
manfaat berkhalwat di gunung dengan berkontemplasi, muhasabah dan membuat
resolusi untuk masa depan sekaligus menyusun strategi untuk mencapainya.
7.
Menguasai
bidang atau profesi tertentu dan mengamankan penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan dasar diri dan keluarga.
Silahkan corat-coret
di kolom komen (menambahkan) bila masih ada rahasia lain yang belum terungkap
disini untuk menjadi pendaki yang percaya diri. Selevel wali.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar