Tidak dapat dipungkiri secara kasat mata mendaki gunung adalah aktivitas naik kemudian selanjutnya turun. Tetapi jika dicermati dengan seksama ternyata mendaki gunung adalah
kegiatan yang kompleks dan tidak pernah ada kata monoton apalagi menjemukan.
Lihatlah kamera-kamera yang dibawa
pendaki (ada unsur fotografi). Juga buku-buku catatan perjalanan (ada unsur
jurnalistik dan manajemen). Lihatlah beberapa orang
yang menjadi sebuah tim (ada pembagian tugas dan kepemimpinan). Lihatlah fisik yang bugar dan sehat.
Tentunya lihatlah jiwa-jiwa
yang rapuh di dataran rendah kemudian menjadi kuat dan angkuh terhadap
kenyataan ketika telah selesai mencapai ketinggian. Persoalan-persoalan hidup
teratasi karena inspirasi dari (pendakian) gunung.
Toksin-toksin (racun, penyakit) hancur lebur bersama kucuran keringat. Anak mami (manja) hilang, muncullah anak alam (mandiri).
Sang Pengecut
bertransformasi menjadi Sang Petualang.
Dan tentunya nasionalisme sebagaimana
disampaikan Soe hok Gie akan mengakar kuat karena nilai kearifan masyarakat
lokal dan nilai kejantanan ketika mendaki berpadu, menggali mendalam
nilai-nilai pancasila dan keindonesiaan-nusantara.
Masih menyakini atau
terpengaruh oleh pernyataan kegemaran mendaki adalah hobi yang monoton?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar